Tidore – Hari Jadi Tidore (HJT) yang ke-917 resmi digelar dan diawali dengan ritual Ake Dango yang berlangsung di lapangan Sonyine Gurua, kelurahan Gurabunga, Tidore
Ake Dango merupakan salah satu rangkaian ritual adat dalam perayaan HJT setiap tahunnya. Di mana merupakan prosesi penyatuan air yang diambil dari sejumlah sumber air di gunung Kie Matubu yang dibawakan oleh 5 klan yang mendiami Kelurahan Gurabunga. Selasa (8/4).
Sultan Tidore, Husain Alting Sjah, pada kesempatan itu menyampaikan bahwa ritual Ake Dango adalah tradisi masyarakat Tidore dalam menghormati dan memuliakan air, jauh sebelum hari air sedunia diperingati.
“Jauh sebelum orang-orang memperingati hari air sedunia, di Tidore sudah 917 tahun orang memberikan penghargaan betapa air itu sangat berarti,” terang Sultan Tidore.
Ia melanjutkan, Ake Dango berarti air yang diritualkan dan diambil dari beberapa sumber air terbaik yang ada di gunung Tidore. Oleh sebab itu, Sultan Tidore mengajak warga untuk berbenah menjaga lingkungan dan air.
“Ake dango berarti air yang diritualkan dan diambil dari sumber mata air terbaik di gunung Tidore, lalu diturunkan ke bawah (kadaton). Insyaa Allah Ake Dango menjadi aset wisata yang luar biasa. Akan tetapi perlu diingat, ini bukan saja ritual biasa dan untuk wisata saja tapi untuk mendoakan,” terangnya.
Pada kesempatan tersebut Sultan juga mengajak seluruh masyarat Tidore agar mendukung pemerintahan Tidore yang baru, pemerintahan yang di pimpin oleh Muhammad Sinen dan Ahmad Laiman.
“Saya mengajak kitorang semua, baik itu masyarakat adat atau bukan, mari kitorang semua memberikan support kepada bapak Muhammad Sinen dan Ahmad Laiman sebagai wali kota dan wakil wali kota terpilih, semuanya telah usai, yang terjadi di pilkada semuanya telah usai, sekarang mari kita semua dukung beliau berdua, untuk Tidore yang lebih baik,” pungkasnya.
Sementara Wali Kota Tidore Kepulauan, Muhammad Sinen, dalam pidatonya menyampaikan atas nama pemerintah Kota, Ia mengapresiasi dan terima kasih setinggi-tingginya atas perhatian dan kerja sama semua pihak.
“Kami mengapresiasi dan ucapkan terima kasih, atas perhatian dan kerja samanya, baik kesultanan Tidore dan masyarakat adat di Gurabunga serta semua pihak, yang ikut menjaga adat dan budaya di Tidore, sebagai bagian dari kekayaan budaya nasional,” ungkap Muhammad Sinen.
Muhammad Sinen menyampaikan, ritual Ake Dango ini menjadi syahdu karena sederhana, namun kaya akan makna. Sebab dilakukan dengan niat dan ketulusan.
Untuk menunjukkan kepedulian kita akan budaya yang telah menjadi identitas kita sebagai orang Tidore. Ia menambahkan, ritual Ake Dango juga menjadi tanggung jawab terhadap generasi selanjutnya.
“Ritual ini menjadi kental akan tanggung jawab kita kepada generasi selanjutnya, jangan pernah biarkan ia hilang. Momentum itu kelak menjadi sejarah dan cerita, bahwa kita telah menjadi bagian dalam merawat tradisi ini,” jelas Wali Kota.
“Nilai luhur suatu daerah adalah apabila masyarakatnya mau mengenal dan peduli akan sejarah dan adat yang dimiliki,” ujar Muhammad Sinen.