Air Laguna Coklat, Pengusaha Gulung Tikar

Ternate,- Danau Laguna atau biasa dikenal dengan danau Ngade adalah salah satu dari berbagai destinasi wisata di Maluku Utara.

Sebagai destinasi wisata, di sekitar danau Laguna juga terdapat beberapa keramba ikan dan rumah makan.

Sudah sejak lama, pengusaha keramba dan rumah makan di sekitar danau Laguna mengeluhkan perubahan air danau yang berdampak pada produktifitas keramba.

Hujan yang terus mengguyur Ternate menyebabkan kondisi air danau Laguna terus memburuk, ditambah saluran pembuangan air dari Kelurahan Ngade yang dialirkan ke danau, menyebabkan air danau berubah menjadi coklat.

Perubahan air danau menjadi penyebab perubahan pada pendapatan usaha keramba ikan dan rumah makan, bahkan ada juga yang terpaksa harus menutup usahanya.

Keramba ikan di Danau Laguna

Anto (33), seorang karyawan usaha keramba ikan, saat dikunjungi reporter Sentranews.id, mengeluhkan kondisi ini. Ia berharap semoga hujan lekas berhenti dan pemerintah Kota Ternate segera mengalihkan saluran air yang masuk ke danau dari Kelurahan Ngade.

“Saya berharap mudah- mudahan ujang cepat barenti dan pemerintah segera tutup saluran pembuangan air dari Kelurahan Ngade ke dalam danau, kalau tarada air coklat bagini suda,” keluhnya (29/3)

Hal senada dikeluhkan Ade Hamidi (69), pengusaha yang terpaksa harus menutup usahanya akibat perubahan kondisi air danau sejak tahun 2017 dan mempengaruhi perkembangan ikan di kerambanya.

“Danau ngade dia kotor dari tahun 2017, Pemerintah datang survei lokasi tapi tar bisa biking apa-apa, apalagi kong gempa bumi deng ujang turun tarus, torang so tar bisa biking apa-apa,” keluhnya.

Mengenai usaha keramba ikan dan rumah makan di sekitar danau, Anto mengungkapkan bahwa bibit ikan ia peroleh dari luar daerah karena bibit lokal menurutnya kurang bagus.

BACA JUGA   Ponpes Harisul Khairaat Tidore Gelar Pekan Olahraga Seni dan Pramuka

“Bibit ikan disini kurang bagus, jadi torang beli dari Surabaya, selain kualitas bagus juga murah berkisar Rp. 300.000/ kantong plastik,” ungkapnya

Usaha yang dijalani bosnya sejak 2002 ini membudidayakan beberapa jenis ikan, diantaranya; nila, mujair dan gurame. Setiap jenis ikan dijual dengan harga yang berbeda, mulai Rp.50.000/kg hingga ratusan ribu berdasarkan jenis dan ukuran ikan.

Sementara usaha makanannya sendiri, menawarkan menu olahan ikan dengan harga yang bervariasi tergantung ukuran ikan, yaitu berkisar Rp 100.000 s/d Rp 150.000/paket.

Selain keramba yang semakin berkurang produksinya akibat kondisi air yang kian memburuk. Situasi juga terus memburuk akibat pandemi Covid 19. Pengunjung yang semakin sepi dikhawatirkan mengancam kesinambungan usaha di sekitar danau Ngade.

Reporter : Jamdin Samal
Editor : Redaksi