Sofifi,- Lautan pagi itu cukup tenang dan bersahabat. Ketika speedboat yang kami tumpangi bertolak dari pelabuhan Tugulufa Tidore. Deru mesin timbul tenggelam membelah laut, memecah sunyi, menghantar kami menuju Sofifi, ibukota Provinsi Maluku Utara, Kamis (8/4).
Kurang lebih setengah jam dan kami akhirnya tiba di pelabuhan Sofifi. Sejurus waktu kemudian, dibantu ojek yang menghampiri, kami langsung menuju ke tempat liputan. Perintah tegas dari kantor harus segera ke lokasi. Koordinator liputan kami mungkin sedang patah hati.
Di Bukulasa, dusun yang menjadi lokasi liputan kami, telah menunggu Ibu Nurjana Sabtu (37), seorang guru sekaligus pendiri Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Khoffah. Sebuah lembaga pemberdayaan masyarakat yang bergerak di bidang pendidikan non-formal. Agenda hari itu adalah meliput kegiatan PKBM Khoffah di Bukulasa.
Saat kami wawancara, Nurjana mengungkapkan, bahwa sejak tahun 2006, jauh sebelum membangun PKBM Khoffah, ia telah membina anak-anak dan masyarakat yang putus sekolah dan memotivasi mereka agar mau melanjutkan pendidikan. Mereka yang bersedia kemudian ia salurkan ke lembaga-lembaga pendidikan yang ada saat itu.
Profesinya sebagai seorang guru, menggugah rasa kepedulian akan tingginya angka putus sekolah di lingkungan tempat tinggalnya. Berkat usaha kerasnya dan melalui rekomendasi Dinas Pendidikan Kota Tidore Kepulauan, PKBM Khoffah pun ia dirikan dan resmi beroperasi sejak 13 Oktober 2017.
Nurjana menuturkan, lembaga yang ia dirikan sengaja diberi nama Khoffah. Nama yang ia ambil dari kata “Kaafah” dalam bahasa Arab yang berarti menyeluruh. Nama ini (Khoffah) diakuinya, juga terinspirasi dari panggilan mendiang ayahnya, yang ingin ia abadikan, untuk mengenang beliau.
“Nama ini juga karena dulu saya pe papa dong biasa panggil Tukofa, karna saya pe papa dia pe nama kan Sabtu dan ada kebun yang namanya kofa. Jadi menurut cerita saya pe papa itu dulu kalo pigi di kebun dan tra bale-bale dari kebun itu, makanya dong panggel dia Tukofa. Nah saya pengen abadikan dia di nama lembaga,” tuturnya
Seperti kata pepatah, nama adalah do’a, dengan nama Khoffah ia berharap, lembaga yang didirikannya dapat membina seluruh dimensi kehidupan masyarakat. Baginya, pendidikan formal yang ada saat ini, belum menjangkau keseluruhan aspek kehidupan. Sehingga dibutuhkan pendidikan non-formal untuk menjangkaunya. Juga untuk menjangkau mereka yang selama ini belum terfasilitasi. Sebab dari mereka, kita juga dapat menatap masa depan.
Nurjana menjelaskan, bahwa PKBM Khoffah selain melaksanakan ujian paket kesetaraan, juga menyelenggarakan beberapa program, diantaranya kursus kewirausahaan, keaksaraan, dan berbagai kursus peningkatan sumber daya manusia lainnya. Dimana, yang sedang berjalan saat ini adalah kursus kewirausahaan dan ujian paket kesetaraan yang telah memasuki hari terakhir.
“Memang di layanan PKBM itu tidak semata-mata hanya ujian paket, tapi ada juga kursus wirausahanya deng keaksaraan. Cuma untuk sementara yang jalan ini wirausaha dan ujian paket kesetaraan.” jelasnya.