Sofifi,- Bentor merupakan salah satu sarana transportasi yang lekat dengan masyarakat Maluku Utara. Karena itu, menjadi pengemudi bentor, adalah alternatif pekerjaan yang dipilih sebagian masyarakat. Naim (29), sejak lima tahun lalu telah bekerja sebagai pengemudi bentor. Wilayah operasinya adalah di sekitar pelabuhan dan terminal Sofifi, ibukota Provinsi Maluku Utara. Upah yang diperolehnya bergantung pada jarak pengantaran, mulai Rp. 15.000 hingga Rp. 50.000 per orang.
Kepada reporter Sentranews.id, Minggu (25/4), Naim berkisah, tahun-tahun awal ketika ia memilih profesi ini, dirasakannya sedikit lebih berat dibanding sekarang. Bukan soal upah atau pendapatan yang ia keluhkan, melainkan statusnya sebagai perantau, membuat dia harus belajar beradaptasi.
Menjadi seorang perantau memang memiliki tantangan tersendiri. Ia mengaku, untuk bisa diterima oleh sesama pengemudi bentor saja, ia membutuhkan waktu yang cukup lama. Tidak hanya dalam komunitas bentor, dalam mengurus berbagai administrasi pun ia sering dipersulit. Semua urusan memerlukan bantuan “orang dalam” agar cepat dan lancar.
“Tong perlu orang dalam supaya kase mudah urusan, kalu tarada tar bisa, kalu tar bisa maka harus bergaul to biar bisa,” kisahnya.
Saat ditanya tentang pendapatannya, ia mengaku, selama bulan Ramadhan, pendapatannya menurun dibandingkan hari biasa. Jika di hari biasa ia bisa meraup hingga Rp. 400.000/hari, di bulan ramadhan ini pendapatannya justru menurun hingga Rp. 100.000/hari, saking sepinya.
“Tong pendapatan parah, kita sebelum masuk bulan puasa perhari dapat Rp.300.000-400.000/hari, tapi masuk bulan puasa ini turun, cuman dapat Rp.100.000-200.000/hari,” lanjutnya.
Pendapatan yang tak sebanding dengan tenaga yang dikeluarkan, apalagi jika bekerja dalam kondisi berpuasa. Meskipun begitu, selama wawancara ia tidak pernah mengeluhkan keadaan tersebut. Ia menjelaskan bahwa setiap pekerjaan itu menyangkut rejeki dan setiap rejeki telah ditetapkan oleh Sang Pencipta.
“Kalau blom dapat hari ini, berarti blom rejeki, kan rejeki sudah ada yang atur, asalkan jang pamalas saja, karja pamalas, bangun siang-siang mau dapa rejeki dari mana,” jelasnya.
Naim bercerita, biasanya ketika hari pasar datang, yaitu pada hari Senin dan Jumat. Situasi pasar yang lebih ramai dari hari lain, mengharuskannya untuk bangun lebih pagi. Hari pasar adalah berkah bagi pengemudi bentor, sejak pagi hingga sore penumpang selalu ramai. Pendapatan pun relatif lebih baik dan dapat menutupi kekurangan pada hari-hari sebelumnya.
“Bagus ni cuma hari pasar atau antar cewe-cewe manado belanja atau cabu doi, itu dong kase doi iko dong pe mau saja,” lanjutnya.
Bagi Naim, pekerjaannya sebagai pengemudi bentor menuntut banyak kesabaran. Sehari-hari sebelum Ramadhan, ia harus bangun pagi langsung bekerja dan kembali pada siang hari untuk sekedar menjenguk keluarga dan makan, lalu kembali bekerja dan pulang di sore hari.
“Pekerjaan ini, pekerjaan sabar, sabar par bangun pagi, pulang siang par makan saja, lalu bale kerja lagi, pas pulang sore sekali,” lanjut Naim.