Jailolo,- Desa Gamlamo merupakan desa tertua di Jailolo. Karena itu, oleh masyarakat setempat desa ini juga disebut Gammanyira (kampung tertua).
Belum lama ini, tepatnya pada 14 Desember 2021, Desa Gamlamo resmi memiliki pemimpin yang baru. Ridwan Dano Toka, salah satu keturunan Bobato Dunya Kesultanan Jailolo, yang secara resmi dilantik oleh Bupati James Uang sebagai kepala desa.
Meskipun penentuan kepala desa dilakukan melalui pilkades dan dilantik oleh bupati. Namun seorang pemimpin di Gamlamo juga harus menjalani ritual “Sijaga Gam“, yaitu tradisi ziarah ke makam para leluhur guna memberikan penghormatan kepada para pemimpin terdahulu atau oleh masyarakat Gamlamo disebut “tede suba se himo-himo gam madihutu“. Makam para leluhur yang diziarahi tersebut terdapat di Pulau Babua, butuh 15 hingga 20 menit perjalanan laut ke pulau tersebut dari Gamlamo.
Ditemui kru Sentra di kediamannya pada Sabtu 26 Desember 2021, Ridwan menceritakan bahwa pilkades baginya hanya sarana politik formal yang disediakan oleh negara untuk menentukan pemimpin Desa Gamlamo. Namun, sebagai Gammanyira yang lekat dengan adat se atorang. Gamlamo tentu memiliki tradisi khusus yang sudah berlangsung secara turun temurun. Ritual “Sijaga Gam” misalnya, adalah ritual yang biasa dilakukan oleh para pemimpin desa.
“Tradisi ini adalah ungkapan rasa syukur kita selaku ngofa se dano, juga sebagai bentuk tede suba se himo-himo gam madihutu kepada para pemimpin Desa Gamlamo, negeri tempat para aulia yang menyebarkan Islam dan menjalankan adat se atorang, di Jiko Makolano,” jelasnya.
Selain menghidupkan tradisi-tradisi leluhur, Desa Gamlamo juga membangun Balai Kemasyarakatan yang telah rampung dan diresmikan oleh Wakil Bupati Halbar pada 20 Desember 2021 lalu.
Pembangunan gedung tersebut untuk mengganti gedung lama yang sudah berumur hampir 50 tahun. Berbagai prosesi adat turut mengawal jalannya pembangunan hingga selesai, yaitu syukuran atas pembangunan gedung dengan menggelar makan adat. Tujuannya adalah agar pembangunan gedung berjalan lancar dan tidak terjadi hal-hal yang di luar kendali.
“Secara pribadi saya keturunan ngofa se dano bobato dunya akan terus menjaga adat se atorang, agar generasi tidak lupa akan jati dirinya sebagai ngofa se dano yang mendiami desa tertua di Jailolo,” ungkapnya.
Sementara itu, Kasim Hirto, salah satu tokoh adat yang mengabdi di Mesjid Kesultanan, menyampaikan bahwa segala aktivitas di Gammanyira harus berjalan sesuai dengan adat se atorang.
“Gamlamo ini negeri bertuan, sangat kental dengan adat se atorang, jadi segala aktivitas di desa ini tidak bisa sembarangan, sekalipun zaman sekarang sudah begitu modern dengan kemajuan teknologi, namun para generasi perlu harus menjaga adat se atorang sebagai identitas diri dan Desa Gamlamo,” ungkapnya.
Ia mengaku prihatin karena saat ini banyak diantara generasi muda Gamlamo yang tidak lagi menggunakan bahasa daerah. Ia berharap kepala desa yang baru mampu bekerja mengembalikan jati diri Desa Gamlamo sebagai Gammanyira di Jailolo.