Tidore – Peringatan Hari Jadi ke-916 Tidore (HJT) dengan tema “Merawat Tradisi, Mempertegas Jati Diri Bangsa Maritim” resmi digelar dan dilaksanakan di Kadato Kie Kesultanan Tidore.
Suasana upacara HJT berjalan dengan hikmad, ketika Sultan Tidore H. Husain Alting Sjah membaca Borero Gosimo dan siloloa.
Sultan Tidore H. Husain Alting Sjah menyampaikan, dalam upacara Hari Jadi Tidore kali ini, ada banyak hal yang perlu dibenahi untuk menjaga adat budaya serta istiadat. Tentu, tantangan ke depan semakin kompleks dan semakin banyak.
“Saya berharap baik kepada parangkat Kesultanan, baik di Ternate, Tidore, Bacan, dan Jailolo untuk bersatu padu, menjaga peninggalan leluhur kita yang perlu dilestarikan,” ucapnya, Sabtu (13/4/2024).
Meski begitu, kata Sultan harus ada tangan-tangan dingin dari pemerintah, dan tentu punya itikad baik mau bersama-sama, agar tidak memandang adat sebagai kompetitor dalam menjalankan roda pemerintahan.
Menurutnya, fakta menunjukkan adat istiadat jauh lebih dulu dari kita atau sebelum negara ini hadir. Dan sebenarnya, adat dan istiadat ini, bagian dari khasanah memperkaya apa yang diinginkan dari pemerintah,”ujarnya.
Sebagaimana yang disampaikan oleh Wali Kota, Sultan bilang, sesuai tema dengan kalimat “Merawat Tradisi” ini menjadi satu kesyukuran baginya tinggal dijaga dan diimplementasi.
Ia mengaku meskipun dalam prosesi HJT ini, ada beberapa agenda yang belum sempat berjalan seperti “Dama Nyili-Nyili”. Tapi baginya adalah esensi untuk pengenalan jati diri.
“Maka dari itu, terkait seremoni yang lain, sangatlah penting sehingga menjadi hal konstruktif,” bebernya.
Selama dalam prosesi upacara HJT kali ini, kata Sultan, perwakilan dari Papua Gamsio belum sempat hadir, namun mereka mengucapkan selamat Hari Jadi Tidore.
Sultan menegaskan, dalam tiga tahun terakhir, tentu kita telah dilanda pendemi Covid-19 sehingga nyaris sehingga pelaksanaan HJT dibuat sangat sederhana.
“Bila disamakan dengan empat tahun lalu, kita membutuhkan banyak hal, terutama anggaran. Sebab, dulu ada banyak bantuan dari Pemerintah pusat maupun pemerintah Kabupaten dan Kota. Dan tahun-tahun mendatang, kita akan bikin seperti tahun lalu,”terang Sultan.
Di satu sisi, dengan adanya Hari Jadi Tidore ini, tentu mengundang banyak orang datang, dan menjadikan hal tersebut sebagai aset pariwisata terbesar.
Sultan bercerita, ketika ia beberapa kali berkunjung ke Eropa dan Amerika, tradisi yang mereka laksanakan disana, dikemas luar biasa. Menurutnya bila dikalkulasi secara biasa, tak berbanding lurus dengan besaran biaya yang digelontorkan, namun dengan jalan berpikir demikian akan menjuruskan pada kehilangan identitas, dan tidak lagi mempertontonkan hal-hal baik di masa lalu ke masa kini.
Sebaliknya kata dia, jika kita percaya, merawat, menjaga tradisi dan kearifan, orang-orang akan datang berkunjung ke Maluku Utara.
Di akhir wawancaranya, ada sebuah pesan borero gosimo yang disampaikan Sultan Tidore, yakni “Maku Gosa laha-laha, Maku Gosa Jira Ifa no segewa-gewa Ngon na tosibu ifa, yang berarti : Jangan membuat huru-hara, mari bila ada berbeda pendapat, harus dibicarakan secara baik-baik.