Maba – Mesin perahu motor yang kami tumpangi menderu membelah laut yang sedikit berombak, bergerak pelan menuju pulau kecil berpasir putih di kejauhan.
Semakin dekat, gambaran pulau itu semakin jelas dalam pandangan kami. Pulau Paniki namanya, pulau kecil yang dikelilingi oleh hamparan pasir putih dan dipenuhi oleh pepohonan yang hijau.
Pukul 15.30, Kamipun tiba, perahu motor kami berlabuh di dermaga kayu kecil, satu dua perahu motor lain juga tampak tertambat di sini, gerbang kayu bertuliskan selamat datang di Pulau Paniki dalam bahasa Inggris, menyambut kami. Rombongan kami hari itu, berjumlah 10 orang, yang terbagi dalam dua perahu, saya di perahu pertama yang bertolak dari dermaga Desa Waci, sementara rombongan kedua bertolak dari Desa Loleolamo. Rabu (17/4).
Di pulau, ternyata sudah terdapat para pengunjung lain, mereka tampak bersantai di rerimbunan pohon sambil menikmati sajian makanan dan minuman dari kantin kecil yang terlihat sibuk.
Tak lama berselang, perahu rombongan lain juga tiba, seorang pemuda bertopi melompat turun dan menghampiri kami, Rusmin Hasan, salah seorang pengelola Pulau Paniki, dengan senyuman khasnya, ia menyambut kami.
“Selamat datang abang,” ujarnya sembari tersenyum lebar dan menyalami kami satu persatu.
“Torang pe tenda so siap,” ucap Rusmin sambil menunjuk ke arah dua buah tenda yang sudah mereka dirikan sebelumnya.
“Kalau butuh makan atau kopi tinggal pesan, sabantar baru torang bakar ikan,” kata Rusmin sambil tersenyum dan berlalu mengangkut barang-barang yang ia bawa dengan perahunya dari seberang.
Kamipun bersantai, menikmati hari yang semakin senja. Beberapa rekan kami tampak sibuk menyiapkan kayu bakar. Sebagian berfoto ria mengabadikan keindahan pulau, sebagian lainnya terlihat menyiapkan peralatan memancing. Menu ikan bakar sepertinya jadi santapan makan sore dan makan malam kami nanti.
Semakin sore, menjelang senja, pemandangan Pulau Paniki semakin indah, warna jingga menghiasi langit berpadu dengan hijau toska pantai pasir putih. Tak henti kamera ponsel kami mengabadikan panorama tersebut. Kicau burung diiringi syahdunya suara azan magrib berkumandang dari seberang pulau, membelah kesunyian senja. Kamipun tenggelam dalam suasana magis yang mulai gelap menuju malam, terdiam, tanpa suara dan takjub, terbawa pikiran kami masing-masing.
Usai makan malam, saya berkesempatan berdiskusi dengan Rusmin. Kepada saya ia menceritakan awal mula mereka mengelola Pulau Paniki. Pulau yang berada dalam wilayah administrasi Desa Loleolamo, Kecamatan Maba Selatan, Halmahera Timur, ini sudah sejak lama memang dijadikan warga sebagai tempat bersantai, terutama di hari-hari libur.