Ternate – Sentra berkesempatan mewawancarai salah seorang pemuda penggerak literasi di Tarau, Kota Ternate pada Rabu (24/7) sore. Pukul 17.00 WIT, tim bergerak menuju lokasi wawancara, meski langit Ternate tampak mulai mendung. Butuh 30 menit perjalanan ke kelurahan tersebut. Setiba di lokasi, kamipun disambut dengan ramah.
Arsin Kader atau biasa disapa Acil, Ketua Pemuda Tarau yang menjadi inisiator komunitas Fala Gura. Acil bercerita, awalnya ia bersama temannya memulai dengan menanam cabai, di atas lahan berukuran ± 50 m² milik ibunya, yang terdapat pondok kecil di dalamnya.
Seiring berjalan waktu, tahun 2019, Acil kemudian berinisiatif membangun komunitas bersama teman-temannya para pemuda dan mahasiswa, nama PIN (Pemuda Inspiratif Ngofa Tarau) dipilih. Komunitas itu fokus mengajarkan bahasa Inggris, budaya, serta tata cara sholat.
“Awalnya itu saya batanam (bertani), deng tamang 1 orang batanam rica (cabai), dulu itu namanya Fala gura karena ada rumah kobong di situ,” ujar Acil sambil menunjuk lokasi pondok.
“Pejalanannya itu banyak pemuda deng mahasiswa bakumpul disini pas covid tahun 2019 waktu itu. Carita punya carita torang buat komunitas bernama PIN, yang mana itu di dalamnya diajarkan bahasa Inggris, budaya, dan tata cara sholat,” ungkap Acil.
Sayangnya komunitas tersebut hanya bertahan seumur jagung. Acil tak kehabisan akal, ia dan rekan-rekan pemuda lainnya kembali mendirikan SSB Tunas Madade. Dan ternyata membuahkan hasil, di tahun 2022 SSB Tunas Madade, keluar sebagai juara pada turnamen sepak bola antar kampung di kelurahan Sango.
Usai itu, Acil ditawarkan untuk mendampingi anak-anak yang memperoleh beasiswa kampung Inggris timur ke Pare, Kediri, Jawa Timur. Sesampainya di Pare, ternyata energi positif yang didapati selama di Pare membuat Acil semakin termotivasi untuk kembali ke Ternate untuk membangun Tarau.
“Saya ditawari sama teman saya, untuk dampingi anak-anak beasiswa kampung Inggris timur ke Pare, Kediri. Ada beberapa tahap, pertama 5 orang, kemudian berikut 2 orang. Komunitas kampung inggris timur dorang sekarang di Benteng Orange, saya dampingi kalao,” terangnya.
Acil menuturkan, bahwa ketika di Pare, ia kerap mengungkapkan keinginannya untuk membangun sebuah tempat kursus bahasa Inggris dikampungnya, dengan harapan teman-temannya akan bergabung.
Saat pulang ke Ternate ia mulai mengajar anak-anak SD di rumah kebun kecil milik ibunya. Ketiadaan ruang kelas, sehingga proses belajar seringkali dilakukan di luar ruangan. Setiap aktivitas Acil, selalu ia dokumentasi dan dibagikan melalui laman media sosial miliknya. Hingga suatu ketika, berkat postingan di media sosial tersebut, ada donatur yang ingin membantu membangun ruang kelas.