Idealisme Mahasiswa yang Mengedepankan Sinergitas

Oleh:

Bayu Yakub (Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Nuku)

Ketika berbicara mengenai idealisme mahasiswa, tentunya kita harus menerima standar moral, etika, estetika, bahkan agama serta berusaha memperjuangkan keadilan dan demokrasi. Hal ini sebagaiman juga melekat yang menjadi fungsi dan peran dari pada mahasiswa itu sendiri yakni; agent of change, iron stock, moral force dan guardian of value.

Sementara ketika berbicara mengenai sinergitas, tentunya kita tahu bahwa hal ini merupakan proses atau interaksi yang menghasilkan keseimbangan harmonis. Sehingga bisa menghasilkan sesuatu yang optimal, kemudian ketika kita sandingkan dengan nilai dalam sinergitas, maka yang perlu diperhatikan adalah nilai; Kepercayaan, Relasi, Feedback, Kreativitas, Menghargai Perbedaan, Membangun Kekuatan, Mengompensasikan Kelemahan Lalu Menemukan Solusi Bersama dan lain-lain.

Tulisan ini dibagi kedalam 3 hal yakni; fakta, masalah, dan solusi. Namun, ketika kemudian output dari pada karya tulis ini mengundang banyak kencaman maka penulis harap agar kiranya kita bisa saling sharing dikemudian hari.

Faktanya

Universitas Nuku tidak memiliki organisasi internal dalam hal ini BEM (Badan Eksekutif Mahasiwa). Penulis berpikir, ini sangat ironi karena yang penulis tahu di Universitas Nuku, tidak kekurangan orang-orang yang memiliki kapasitas yang mumpuni dari setiap fakultas  yang ada, yakni; Fakultas Hukum, Ekonomi, Fisipol, Teknik, Pertahut dan Kelautan. Namun tak ada satupun yang berani mengambil langkah untuk bisa membentuk organisasi tersebut agar menjadi sarana mengembangkan potensi-potensi mahasiswa lewat program kerjanya.

Masalah

Setelah penulis menganalisis terkait hal ini, penulis dengan tegas menyatakan bahwa urgensi dari permasalahan ini adalah arogansi dan egoisme dari pihak-pihak yang tergabung dalam organisasi ekstra. Di mana masing-masing dari mereka memiliki ambisi yang begitu besar untuk menduduki jabatan tersebut, semata-mata hanya ingin mengembangkan kiprah dari pada organisasi ekstra yang mereka geluti. Penulis tekankan bahwa tidak ada yang salah terkait organisasi ekstra, namun menurut hemat penulis banyak yang keliru dalam memaknainya, yang pada akhirnya bertolak belakang dan menimbulkan kesenjangan, akibat egosime, arogansi, sampai pada iri hati dan dengki.

BACA JUGA   Bawaslu Tikep Umumkan Nama-Nama Terpilih Anggota Panwaslu Kecamatan 

Kondisi ini yang akhirnya membuat penulis kebingungan, karena terkait dengan pembetukan BEM Universitas Nuku sudah pernah sebelumnya direncanakan dan sudah melewati tahap Musyawarah Besar ( MUBES ). Sampai pada tahapan dalam pembahasan AD/ART. Namun, kesenjangan inilah yang menyebabkan sehingga tidak ada keberlanjutan mengenai pembentukan tersebut.

Kemudian urgensi yang kedua, penulis mencoba untuk berkomunikasi langsung dengan pimpinan yayasan Universitas Nuku Bapak Asgar Ari Akbar, S.Sos.,M.Ec. Dalam kesempatan tersebut penulis mencoba untuk mewawancarai dengan memberikan pertanyaan terkait dengan pembentukan BEMUniversitas Nuku. Penulis menanyakan bahwa “apakah bapak punya harapan terkait dengan pembentukan BEM Universitas Nuku? Lalu dengan spontan pimpinan yayasan mengatakan dengan memberikan analogi yang kiranya berbunyi seperti ini “apa yang kemudian bisa kita harapkan terhadap nyala api yang besar tanpa adanya percikan api api kecil dibawahnya?”