Hal lainnya yang menyesatkan dari teori Freud tersebut adalah dia telah membuat kesan bahwa hasrat menghancurkan ayah kandung muncul dari psikis anak laki-laki yang tersimpan di dalam alam bawah sadar. Teori Freud mirip dengan ide-ide reaksioner yang berusaha menghubungkan perilaku kriminal dengan faktor-faktor genetik yang ada dalam diri individu. Freud telah menarik kesimpulan yang reaksioner di dalam Oedipus kompleks, mereduksi perilaku represi seksual ke tingkat alam bawah sadar yang sifatnya terberi sejak lahir. Mereka bukannya mengakui bahwa masalah sosial muncul dari kondisi sosial. Sebagai contoh, dari sekian banyak korban, buruh perempuanlah yang dianggap rentan mengalami represi seksual. Di Jakarta, terdapat sekitar 80.0000 orang buruh, 90 persennya merupakan buruh perempuan dan 75 persennya telah mengalami represi seksual di tempat kerja. Di tahun 2012, terdapat 216.156 kasus represi seksual. Di antaranya dialami oleh buruh perempuan sebanyak 2.521. Angka itu berdasarkan kepada buruh perempuan yang melaporkan kejadian yang dialaminya. Masih ada buruh perempuan yang menjadi korban represi seksual jarang yang mau mengadukan kasusnya ke perusahaan, apalagi kalau pelakunya adalah atasannya. Represi seksual lainnya terhadap buruh perempuan dapat dilihat dari ekpresi watak patriarki yang menganggap perempuan sebagai mahluk inferior yaitu dalam bentuk kesenjangan upah antar gender 17-22 persen, buruh perempuan jauh lebih rendah dibanding buruh laki-laki. Pelanggaran juga masih banyak terjadi pada hak untuk mendapatkan cuti haid atau cuti hamil, dan juga tidak tersedianya fasilitas pojok ASI (Air Susu Ibu) untuk ibu-ibu yang bekerja di pabrik. Contoh lainnya, kasus human trafficking. Indonesia merupakan pencetak rekor tertinggi di dunia. Sekitar 7.193 orang menjadi korban, dari jumlah itu 82 persen adalah perempuan yang telah dieksploitasi tenaga kerjanya. Atau kita dapat belajar dari kasus kekerasan dalam keluarga yang otoriter akibat pengaruh budaya patriarki dan masyarakat kapitalistik. Nadia (nama samaran), ibu rumah tangga yang pernah mengalami hal tersebut mengakui, “saya hampir dipukul di depan anak saya, yang membuat dia trauma hingga sekarang. Setiap mendengar bapaknya berteriak, walaupun teriakan senang, anak saya bisa menangis.” Kasus tersebut menjadi contoh terburuk terhadap perkembangan kepribadian anak yang menerima pengalaman langsung dari orang tua yang otoriter. Sehingga benar menurut pandangan Skinner psikolog aliran behaviorisme, hidup itu adalah hasil dari penguatan masa lalu, yang berarti dari sistem sosial masyarakatlah kepribadian anak akan terbentuk menjadi baik atau buruk. Bukan dari pengaruh hasrat Oedipus kompleks.
Kita harus berkata jujur kepada Frued dan pengikutnya. Bahwa teori Freud yang reaksioner tersebut tidak mampu melihat akar represif seksual dari hubungan sosial masyarakat yang didasarkan pada sisa-sisa budaya patriarki dan masyrakat kapitalistik saat ini, atau dengan kejujuran lain bahwa akar dari represi seksual bukan bersumber dari hasrat menghancurkan di dalam Oedipus kompleks. Sederhananya, tidak ada hubungan gen jahat atau Oedipus kompleks dengan 100 persen pelaku (laki-laki) represi seksual di Indonesia.