Belajar dari Meus; Pelopor Bisnis Digital Branding di Tidore

Dengan Meus, Izul berusaha membangun sebuah digital agency dengan visi untuk menjangkau wilayah Indonesia Timur. Meskipun homebase Meus ada di Tidore, namun ia berharap marketingnya mampu menjangkau ke wilayah-wilayah Indonesia Timur seperti Makassar, Maluku, Manado, hingga Papua.

“Saya bafikir kiapa di Tidore, di wilayah timur bahkan Makassar waktu itu, cuma ada satu industri yang bergerak di bidang ini,  apakah dia pe pasar belum ada atau orang pe mindset belum kesitu . Saya pikir, oke saya berani sudah buka di Tidore. Tapi saya pe visi itu di Indonesia Timur, karena saya 10 tahun lebih saya di Makassar, banyak link juga disana. Makanya saya bikin homebase di sini (Tidore), tapi marketingnya nanti saya menjangkau wilayah Indonesia Timur,” jelasnya.

Contoh desain produk yang dikerjakan Meus

Izul melanjutkan saat ini, perusahaan yang bergerak di bidang digital branding di wilayah Indonesia Timur sudah ada empat, tiga di Makassar dan satu-satunya di Maluku Utara adalah Meus di Tidore.

Khusus di Tidore, perkembangan industri digital sudah mulai disadari oleh anak-anak muda Tidore. Namun terkendala pada mindset masyarakat yang belum begitu mengenal digital branding secara luas. Namun Izul yakin sejalan dengan perkembangan teknologi lambat laun masyarakat akan berkembang dan mulai memanfaatkannya.

Oleh karena itu, menurut Izul pemerintah daerah harus berperan dalam memperkenalkan industri semacam ini secara profesional kepada masyarakat luas di Tidore dan Maluku Utara.

“Di Tidore pergerakan semangat anak-anak muda sebenarnya so lama untuk industri ini, cuma mungkin mindset berfikir kliennya belum sampai kesana. Makanya sekarang tong harus legal, karena tong pe kekuatan itu ada di pemerintah. Artinya torang bisa secara profesional kerjakan proyek dari pemerintah,” terang Izul.

BACA JUGA   Fala Gura dan Visi Kampung Inggris di Ternate Utara
Baantar, salah satu perusahaan jasa, klien Meus

Pernah mengenyam pendidikan di jurusan ilmu komunikasi Fisip Universitas Hasanuddin Makassar. Izul mengaku, ilmu design-nya itu banyak diperoleh dari himpunan mahasiswa jurusan di kampusnya ketimbang di dalam kelas kuliah. Sedangkan ilmu branding-nya ia peroleh di kuliah. Skripsinya sendiri mengangkat tentang personal branding Walikota Makassar.

Dalam mengerjakan sebuah proyek, baik itu design branding, grafis, video atau apapun yang berkaitan dengan branding, hal yang perlu dilakukan pertama kali adalah briefing. Briefing diperlukan, agar apa yang diinginkan klien bisa diwujudkan oleh designer.

Untuk mengerjakan logo sebuah perusahaan misalnya, tentu membutuhkan riset, waktu yang diperlukan ketika mengerjakan sebuah project branding menurut Izul bisa 2-3 bulan bahkan lebih. Sedangkan untuk mengerjakan desain tak memerlukan riset dapat dikerjakan kurang dari sebulan.

Contoh desain promosi yang dikerjakan Meus

“Waktu bikin Aison punya yang Syukurdofu itu saya scrafting sekitar 2 bulanlah.  Kira-kira dia pe filosofi deng maksud apa, karna dia (Aison) pe semangat Syukurdofu ini kan betul-betul untuk membangun samua begitu, dari attitude sampai upaya mengganti kata thanks dengan Syukurdofu, saya bikin itu  2 bulan,” ungkapnya.

Proyek lain yang juga lama dalam pengerjaan adalah desain brand Cellebes Intisari Agro (CIA). Perusahaan yang bergerak di bidang agro ini ia kerjakan bersama rekannya di Jakarta. Izul mengaku, mengerjakan proyek ini selama tiga bulan lebih. Prosesnya dari sketsa hingga scrafting dalam bentuk digital dan aplikasinya.