Sementara itu, Ustad Usman Muhammad dengan tegas mengatakan bahwa secara syariat Islam, bantuan hewan qurban yang diberikan Benny Laos hukumnya haram. Menurutnya, berqurban secara syar’i memiliki rukun dan syarat yang tidak bisa dicampuradukkan.
Dari pendapat kedua tokoh di atas, apa yang dilakukan oleh Benny Laos dapat dipandang sebagai bentuk ekploitasi terhadap syariat Islam. Benny terkesan memanfaatkan syariat Islam untuk meraih simpati umat Islam sebagai cerug suara mayoritas di Maluku Utara. Benny Laos harusnya belajar dari Graal Taliawo. Meskipun berasal dari kalangan minoritas, Graal mampu meraih simpati masyarakat melalui wacana politik gagasan yang ia bawa. Graal bahkan tidak sedikitpun memanfaatkan identitasnya sebagai seorang Kristen, apalagi memanfaatkan identitas pemeluk agama lain.
Tentu Benny Laos bukan orang pertama yang melakukan politik eksploitasi syariat Islam tersebut. Jauh sebelum Benny Laos, sejarah Indonesia mencatat nama Snouck Hurgronje, seorang Belanda Protestan yang berhasil mengelabui umat Islam Nusantara dengan sepak terjangnya. Bahkan Snouck tanpa ragu berpura-pura menjadi mualaf hanya untuk mempelajari kultur Islam di Nusantara dan mengganti namanya menjadi Abdul Ghaffar (Tirto.id edisi 26 Juni 2019).
Dengan nama Abdul Ghaffar, Snouck berhasil membangun relasi dengan para tokoh Islam, ia bahkan berhasil mempelajari Islam hingga ke asalnya di Kota Mekkah, sebuah kota yang terlarang bagi pemeluk agama lain. Alih-alih menggunakan pengetahuannya untuk memajukan Islam, Snouck justru memanfaatkan pengetahuannya untuk mengekalkan kolonialisme Belanda di Nusantara saat itu. Snouck berhasil melepaskan Islam dari politik, ia paham bahwa api perlawanan pribumi terhadap penjajah waktu itu dibakar oleh semangat Islam, seperti yang terjadi di Perang Paderi, Perang Diponegoro hingga Perang Aceh. Teramat banyak literatur mengenai tokoh ini yang dapat pembaca temukan sendiri.
Lantas, mengapa penulis berani mengaitkan sepak terjang Benny Laos di Maluku Utara dengan politik orientalis ala Snouck Hurgronje? Sebagai seorang Akademisi yang khusus mempelajari studi Islam di Universitas Leiden, Snouck menggunakan kepakarannya untuk mempelajari antropologi dan sosiologi masyarakat pribumi muslim saat itu. Ia berhasil menggunakan keilmuan yang dimiliki untuk mempengaruhi kebijakan Hindia Belanda terhadap pribumi muslim. Dengan tujuan agar Belanda mampu meredam perlawanan pribumi dengan politik kolonial yang di-advice oleh Snouck.
Sepak terjang Snouck sangat dipengaruhi oleh latar belakangnya sebagai seorang Ilmuwan. Sedangkan Benny Laos, dengan latar belakang seorang pengusaha dengan kekayaan yang melimpah, pendekatan yang dilakukannya relatif berbeda dengan pendekatan Snouck, meskipun tujuannya sama, yaitu menarik simpati umat Islam. Baik Snouck maupun Benny Laos, keduanya sama-sama berhasil menggunakan kemampuannya. Snouck dengan kekayaan pengetahuan dan Benny dengan kekayaan materinya.
Kondisi sosiologis masyarakat muslim Maluku Utara yang mayoritas berpenghasilan rendah dan miskin, tentu akan mudah terpesona dengan hadirnya sosok-sosok dermawan yang dengan kekayaannya, mampu menyumbang di sana-sini. Apa yang dilakukan Benny Laos berhasil meraih simpati masyarakat, terutama dalam konteks politik dan berhasil terekam dalam survei Indikator.