“Mungkin waktu itu Ayah Erik (Muhammad Sinen) menganggap saya punya kapasitas karena pernah jadi komisioner KPU,” tutur Pria 53 tahun tersebut.
“Padahal menurut saya, kapasitas beliau sebagai Ketua DPC waktu itu sangat cukup untuk jadi wakil ketua, tapi beliau tetap percayakan ke saya, bahkan beliau bikin surat pernyataan ke DPP, mungkin beliau menganggap masih perlu waktu untuk belajar,” sambungnya.
Di periode kedua, yaitu pada Pemilu 2014, Muhammad Sinen masih terus mempercayakan posisi wakil ketua DPRD kepada Abang Leman. Hingga kemudian aturan partai yang membatasi karena ia sudah menjabat selama dua periode. Selanjutnya pimpinan DPRD pun beralih kepada figur lain yaitu Almarhum Ahmad Ishak.
Pandangan tentang Pemerintahan Daerah
Hari semakin sore menjelang senja, hujan turun semakin deras, namun diskusi bersama Abang Leman justru semakin hangat.
Ketika ditanya mengenai pandangannya terhadap jalannya pemerintahan Wali Kota Ali Ibrahim dan Wakil Wali Kota Muhammad Sinen, Ia menjelaskan bahwa sebuah pemerintahan tentu berjalan secara normatif. Karena mengikuti mekanisme administrasi yang sudah diatur dalam regulasi. Cukup dengan taat azas saja, maka pemerintahan pasti akan berjalan baik.
Ia melanjutkan, dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah, semua perencanaan pembangunan disusun melibatkan semua stakeholder, melalui mekanisme musrembang dan tertuang dalam RKPD.
Karena itu, menurut Abang Leman, kemauan membangun daerah di semua tingkatan, secara administrasi melibatkan banyak kepala. Agar semua perencanaan itu dapat berjalan baik, maka diperlukan kemampuan manajerial. Kemampuan inilah yang bagi Abang Leman sangat diperlukan, karena dalam penyelenggaraan pemerintahan, selalu include di dalamnya elemen kekuasaan yang dibawa oleh kepentingan politik.
Sehingga, dalam membangun kebijakan dan menyelenggarakan pelayanan publik, dibutuhkan pembagian peran yang dipikirkan secara bijaksana. Tentunya hal tersebut membutuhkan kesepahaman agar dapat membangun sebuah kolaborasi manajerial yang baik.
“Saya melihat Ali Ibrahim dan Muhammad Sinen sudah mencontohkan itu, jarang sekali ada pasangan yang bisa berjalan dua periode,” ungkap Abang Leman.
“Sebagai kader murni, apalagi sebagai ketua partai, tentu kapasitas politik Ayah Erik lebih besar, meskipun secara administrasi beliau adalah wakil wali kota, sehingga jika ini tidak dipahami secara bijak maka sulit untuk bisa berjalan bersama,” lanjutnya.
Abang Leman juga mengakui, bahwa tidak semua espektasi masyarakat Tidore yang tertulis dalam visi-misi, dapat dijalankan dengan sempurna. Hal itu karena seluruh proses perencanaan hingga pengawasan pembangunan, melibatkan semua stakeholder, terutama DPRD sebagai lembaga politik. Apalagi dari 25 anggota DPRD pada periode kedua Ali Ibrahim dan Muhammad Sinen. Mayoritas bukan berasal dari partai pendukung pemerintah. Sehingga pasti terjadi negosiasi-negosiasi kepentingan.