Sebuah kreasi tentu menghadirkan manfaat ekonomi. Dalam hal ini, Sosok yang kini menjabat sebagai Kabid. Keperawatan di RSU Tidore ini mengaku, telah menjual kurang lebih 30 pot hasil kreasinya, dengan harga yang berbeda-beda, mulai dari Rp 150.000 hingga diatas Rp. 500.000 tergantung usia bonsai.
Kepada kami ia mengungkapkan bahwa baru seminggu yang lalu ia kedatangan pembeli dari Ternate yang memborong sebagian bonsai kelapa buatannya.
“Ngoni terlambat, baru berapa hari lalu orang dari Ternate datang muat satu oto Pick up,” ujarnya.
Pria yang juga seorang Hipnoterapis profesional ini, tampaknya memanfaatkan tren house plant yang sedang berkembang akhir-akhir ini. Situasi pandemi yang memaksa orang untuk tidak berpergian justru melahirkan kreatifitas baru baginya.
Ia mengaku, sudah semenjak SMA mulai tertarik membuat bonsai. Selain bonsai kelapa, di halaman rumahnya juga kami temui bermacam jenis beringin. Bonsai kelapa sendiri menjadi pilihannya karena bibit yang banyak tersedia. Diantara sekian banyak bonsai kelapa yang dibuat Ebit, terdapat satu bonsai yang istimewa, bonsai kelapa albino, satu jenis kelapa yang sangat langka keberadaanya.
Selama menggeluti hobinya, Ebit mengaku tidak menemui kendala yang berarti. Meskipun begitu, ia mengaku pernah terlambat melakukan penyayatan beberapa bonsai karena harus melakukan perjalanan dinas keluar daerah. Keterlambatan penyayatan pelepah daun memang sering menyebabkan kelapa gagal menjadi bonsai.
“Pernah satu kali terlambat sayat, gara-gara waktu itu ada perjalanan dinas keluar daerah,” tutup Ebit.
Diskusi seputar hobi memang tak pernah habis, apalagi jika hobi tersebut bisa mendatangkan rupiah. Puas membahas bonsai, pembicaraan pun beralih membahas kegemarannya yang lain, yaitu hipnoterapi. Hingga tanpa terasa hari semakin sore menuju senja. Kami pun berpamitan, setelah meneguk habis sebotol teh pucuk yang di suguhkan.
Reporter : MW
Editor : Redaksi