“Indonesia sangat kaya, punya banyak budaya yang berbeda-beda, sangat menyenangkan bisa tinggal di Indonesia,” ungkapnya.
Di negara asalnya, Cristina adalah seorang penari profesional, ia pernah beberapa kali tampil mementaskan tarian kontemporer hasil kreasinya. Kini, sejak tinggal di Yogya, ia mengaku jatuh cinta dengan kekayaan budaya Indonesia yang beraneka ragam, khususnya pada tarian tradisional. Selain menari, Cristina juga seorang pemain teater yang handal, ia pernah terlibat dalam beberapa pementasan teater baik di Indonesia, maupun di Ekuador
Diskusi soal seni tari tradisional kemudian berkembang ke soal kolonialisme. Kami pun bertukar cerita tentang sejarah kolonialisme Bangsa Eropa, khususnya Spanyol. Sebagai seorang Ekuador yang notabene adalah wilayah koloni Spanyol di masa lalu, Cristina menceritakan bagaimana proses spanyol menaklukan nenek moyangnya dari suku Inca di Amerika Selatan. Sejarah yang kami sama-sama sepakati sebagai Genosida.
Meskipun lahir sebagai seorang keturunan Spanyol, ia tampaknya tidak segan-segan menceritakan sejarah kolonialisme di Amerika Selatan. Terutama cerita tentang perjalanan revolusi Ernesto ‘Che’ Guevara, tokoh yang sama-sama kami idolai.
Hari semakin malam, suara azan terdengar membahana dari berbagai penjuru, kami pun bergegas meninggalkan benteng Tahula dan segenap kisah kolonialisme masa lalu, kemudian mengantar Cristina kembali ke penginapan.
Nos vemos amiga!
Reporter : Mw
Editor : Redaksi