Coronavirus dan Dampaknya pada Perekonomian Indonesia*
Oleh : Riski Ismail
Pegiat Fola Literasi TOBACCA
Baru-baru ini kita dihebohkan dengan fenomena luar biasa yang beredar dijagad maya terjadi di negeri tirai bambu, tepatnya pada Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China. Coronavirus (CoV) yang merebak akhir-akhir ini menimbulkan kecemasan di seluruh dunia. Pasalnya, penyebaran virus ini tak hanya menelan korban jiwa, namun berdampak pada persoalan ekonomi. Sebagai catatan, Coronavirus (CoV) atau virus Corona adalah zoonosis (ditularkan antara hewan dan manusia), beberapa virus Corona yang dikenal beredar pada hewan tetapi belum terbukti menginfeksi manusia. Tanda dan gejala umum infeksi virus Corona antara lain gejala gangguan pernapasan akut seperti demam, batuk, flu dan sesak napas hingga penyakit yang lebih parah, sehingga perlu adanya penanganan serius dalam menyikapi virus ini. Berdasarkan laporan resmi WHO terkait perkembangan situasi virus Corona yang dirilis per tanggal 28 Januari 2020, sebanyak 4.537 kasus positif terpapar virus Corona yang terjadi di China dengan 976 di antaranya dalam kondisi kritis, 106 meninggal dunia, dan 6.973 orang lainnya diduga terjangkit virus tersebut.
Penyebaran virus Corona bahkan menambah ketidakpastian perekonomian pada kwartal pertama tahun ini. Sikap optimistis akan terjadinya pemulihan perekonomian akibat eskalasi perang dagang kontra Amerikat Serikat, berbanding terbalik ketika virus Corona menyerang sehingga menimbulkan pesimisme bagi para pelaku pasar. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Deputi Gubernur Bank Indonesia yang menyatakan bahwa penyebaran virus Corona dari China berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi global apabila terus berlanjut, bahkan bukan tanpa alasan jika investor hingga pelaku pasar merasa cemas lantaran berdampak terhadap perdagangan global. Pasalnya ekonomi China selama bertahun-tahun menjadi salah satu mesin pertumbuhan paling kuat di dunia. Pada tahun 2019, Dana Moneter Internasional (IMF) menempatkan China sebagai negara dengan perekonomian terbesar kedua setelah Amerika Serikat (AS) dengan produk domestik bruto (PDB) sebesar 14,14 triliun dollar AS, sedangkan Amerika Serikat (AS) senilai 21,43 triliun dollar AS. Sehingga menurunnya pertumbuhan ekonomi di negara tersebut berdampak pada menghambatnya laju pertumbuhan di negara lain, termasuk Indonesia.
Menyikapi dampak dari persoalan virus Corona bahkan bisa sampai ke Indonesia dan mengancam pertumbuhan ekonomi bahkan di bawah 5%. Riset perusahaan pemeringkat atas saham dan obligasi, yang merupakan salah satu dari 3 perusahaan besar dalam industri pemeringkatan (S&P) menyebutkan, virus Corona akan memangkas pertumbuhan ekonomi China sekitar 1,2 poin persentase. Jadi kalau pertumbuhan ekonomi China tahun ini diperkirakan 6%, maka virus Corona akan membuatnya melambat menjadi 4,8%. Sehingga dengan melambatnya perekonomian China sebagai dampak virus Corona, maka sangat rentan terhadap perekonomian yang ada di dalam negeri. Sebab, hubungan persahabatan antara Indonesia dengan China yang begitu erat.