Oleh : Pemred Sentranews.id
Wajah-wajah gelisah yang sedari pagi menanti terlihat mulai sumringah, yang tadinya hanya duduk bercengkrama, bergerombol di emperan dan di bawah pohon tampak mulai berdiri. Kapal yang ditunggu-tunggu itu akhirnya tiba.
Tidore pagi ini, suasana terasa hangat meski diliputi awan kelabu, sesekali gerimis datang mengganggu lalu berlalu. Di kejauhan, di lepas pantai, tampak sebuah kapal layar putih melepas sauh. Juan Sebastian Elcano, nama yang tertertulis di lambungnya, sementara sang Rojigualda, bendera Kerajaan Spanyol berkibar gagah di buritan.
Tak lama berselang, iring-iringan mobil memasuki lokasi kegiatan. Para petinggi tiba, acara Kampoeng Rameang pun dibuka, tarian kolosal menyambut para tetamu diiringi alunan mistis rebab dan tifa. Soya-soya, Orodoma hingga Kapita dimedley dalam gerakan yang apik. Tidore Marasai.
Satu demi satu para petinggi bergantian memberi sambutan. Walikota Tidore, Capt. Hi Ali Ibrahim, dilanjutkan Sultan Husain Syah dan ditutup oleh sambutan Duta Besar Spanyol untuk RI, Mr. Jose Maria Matres Mansoo.
Kedatangan Kapal Latih AL Spanyol itu bukan tanpa halangan, pandemi yang mendera hampir saja membuatnya gagal ke Indonesia. Namun semangat persahabatan antara Spanyol dan Tidore akhirnya membuat pihak Kedubes Spanyol berupaya sedemikian rupa menghadirkannya di Tidore. Demikian yang dikatakan Dubes Spanyol dalam sambutannya.
Sebuah hubungan yang pernah terjalin sekian ratus tahun yang silam kembali tersaji. Meski pernah diwarnai pasang dan surut, namun keramahan dan kehangatan yang sama, sebagaimana pertama kali Sultan Al Mansyur berikan di Pantai Mareku, kini diberikan lagi oleh Sultan Husain Syah di Pantai Tugulufa.
Hubungan kerjasama yang dahulu terjalin bukan hanya sebatas transaksi ekonomi, bukan sekedar emas ditukar rempah, lebih dari itu, adalah pertemuan dua peradaban, Spanyol di barat dan Tidore di timur. Mengenangnya, dalam hati saya berterima kasih kepada Pigafetta. Banyak yang sesumbar, untuk apa menyambut kedatangan mereka? Jawaban saya, bukankah menyambut tamu adalah sikap bermartabat? Kita bangsa bermartabat, naif bila masih bersoal tentang masa lalu. Masa lalu hanya perlu dirangkai untuk kemudian merajut masa depan. Bangsa kita harus tumbuh lebih dewasa.
Dari jauh, di tengah lautan, Sebastian Elcano tampak tidak mengepakkan layar, sauh masih tertambat, mungkin sampai besok atau dua hari lagi. Semoga kehadirannya tidak sebatas nostalgia.
Sekedar nostalgia, dalam catatannya Pigafetta berkisah. Armada Sebastian Elcano yang menggantikan Ferdinand Magellan karena terbunuh di Filipina akhirnya tiba di Kepulauan Maluku pada 1521.
Para pelaut yang kelelahan disambut dan dihormati dengan layak oleh Sultan Al Mansyur. Elcano yang pulang ke Spanyol dengan berkapal rempah kemudian menyempurnakan perjalanannya membuktikan ucapan Galileo, 81.449 km catat Pigafetta.
Kini setelah 500 tahun, Sebastian Elcano kembali, bukan untuk mencari rempah. Melainkan merangkai kembali perjalanannya bersama Magellan dalam bingkai GNMC (Global Network Of Magellan Cities). Sebuah poros maritim yang menyambung kota-kota yang pernah mereka singgahi, termasuk Tidore.