Diskusi-diskusi yang liar maupun yang diselenggarakan dengan akal sehat dan saling pengertian intersubjektivitas tanpa harus terjebak dengan perasaan emosi, tendensius, “makan puji”, “tunjung mangarti”, “bikin diri”, menyinggung pribadi orang dan sejenisnya, sebab d’Joung Cafe bukanlah satu-satunya elemen strategis kelas menengah yang diandalkan di Kota Tidore khususnya, di luar sana banyak ruang pulik yang bertebaran di mana wacana diproduksi secara massif; di teras-teras rumah, di bawah “sabua-sabua liliyan”, “di fola ma soa-fola ma soa”. Ide, pengetahuan, pemikiran dan wacana yang didiskusikan di d’Joung Cafe mestinya didistribusi keluar melalui media masa sebagai opini public untuk kemudian menjadi bahan pertimbangan para pengambil kebijakan.