“Saya waktu di Pare, bacarita deng tamang-tamang beasiswa dari kampung inggris timur tuh, bahwa pulang nanti saya rencana mo biking tampa kursus bahasa Inggris, nanti kalau jadi baru saya hubungi,” tuturnya.
“Saya pe pulang, saya kase mangajar adik-adik, anak SD. Kase mangajar di tampa rumah kobong yang dulu, yang lama. Terus posting di FB, terus karena belajar di luar kong hujan jadi ada ta ambil video ketika hujan itu anak-anak lari masuk ke rumah kobong,” kenangnya.
Setelah momen tersebut, beberapa bantuan kemudian datang dari para donatur, di antaranya beberapa teman dan juga politisi. Salah satu politisi lalu menawarkan bantuan, Acil menyampaikan bahwa ruang kelaslah yang sementara menjadi kebutuhan yang paling urgen.
Selain untuk membangun ruang kelas, ada juga yang memberikan sumbangan untuk membangun toilet, yaitu salah seorang anggota legislatif yang pada saat itu sedang melakukan reses di Tarau.
“Sempat viral video itu, jadi saya dapa panggil oleh Bung Koches (Iswanto) yang dia kemarin calon DPRD. Nah dia panggil saya ke kantornya, lalu tong bacarita. Memang dia juga peduli sama pendidikan to, hanya saja so trada waktu banyak untuk urus yang beginian. Jadi, dia tanya sebagai amalnya dia bantu apa? Saya jawab paling urgen ya kelas untuk saat ini, makanya dia kirim bahan-bahan ini, kong so jadi ini,” ungkapnya.
“Nah kalau kamar mandi itu baru dari ibu Hj. Farida Djama (Golkar), waktu melakukan reses di sini. Torang dari pemuda sampaikan aspirasi, bahwa torang ada bangun kursus bahasa Inggris, dari situ dia sumbang 5 juta. Makanya torang bangun kamar mandi itu, deng sumbangan yang lain,” ujarnya.
Acil dan rekan-rekannya saat ini juga sedang menyiapkan keperluan administrasi, agar komunitasnya dapat berbadan hukum, semacam yayasan yang nanti didaftarkan ke notaris. Sebab, menurutnya sebelum didaftar ke Dinas Pendidikan Kota Ternate, lembaga Fala Gura harus memiliki badan hukum.
Sejak November 2023, hingga kini jumlah siswa semakin bertambah dan dibagi dalam 2 kelompok kelas. Untuk siswa SD (kelas 1-6) dikelompokan satu kelas, dan satu kelas lainnya untuk siswa SMP dan SMA yang keseluruhannya adalah anak-anak Tarau. Sedangkan pengajarnya saat ini berjumlah 5 orang dengan 2 orang di antaranya berasal dari luar Tarau.
Suatu waktu, Acil mengadakan pertemuan dengan para orangtua murid, guna mendorong agar para orang tua turut memberikan kesempatan pada anak-anaknya untuk ikut belajar. Sebab perkembangan dunia ke depan, memerlukan individu yang memiliki soft skill. Bahasa inggris dan IT akan menjadi fokus Acil dan rekan-rekannya.
“Tenaga pengajar cuma dua yang aktif, karena dorang juga mahasiswa. Jadi, kalo dorang berhalangan torang yang ganti isi-isi kelas,” ungkap Acil
“Terhitung sejak November 2023, siswa SD sekitar 28 orang, itu dorang masih 1 kelas. Sedangkan siswa SMP dan SMA tong kase jadi 1 kelas itu dorang 14 orang berarti samua 42 orang, itu pun dalam kampung. Dan semua gratis, torang belum terima di luar kampung, karena belum berbadan hukum. Jadi masih khusus di kampung saja,” terangnya.