Fenomena Komunikasi : Budaya Menunduk Remaja Kota Ternate

Hasil riset yang dilakukan McMaster University, Kanada, pada tahun 2016. Begitu pun dengan Studi University of Southern California, dan University California, Amerika Serikat, pada tahun 2018 lalu. Menyimpulkan bahwa, media sosial dapat memicu anak berperilaku implusif dan hiperaktif. Karena terlalu senang dengan dunia maya, membuat kita lupa dengan dunia kita yang sebenarnya. Membuat orang lebih mementingkan sesuatu yang ada di gawainya dari pada apa yang ada di sekitarnya.

Perkembangan teknologi komunikasi memang menuai banyak manfaat positif yang dirasakan setiap orang. Mempermudah orang berinteraksi tanpa alasan karena jarak, dan orang mudah mendapatkan informasi.
Akan tetapi, teknologi komunikasi tersebut juga bisa membawa dampak negatif jika kita tidak pandai menggunakannya. Pengaruh media sosial dengan tingkat kekerasan secara verbal saat ini sangat meningkat. Setiap orang punya kebebasan berkomentar tentang orang lain, dalam bentuk pujian atau pun cacian di media sosial. Tanpa berfikir, kita memainkan jari untuk mengetik kalimat yang bisa saja orang yang dikomentari terganggu secara psikologinya.

Untuk itu, kita harus lebih pandai dalam menguasai dan mengontrol diri kita agar tidak dibodohi oleh teknologi. Kuasai teknologi jangan malah kita yang dikuasai. Yang pada akhirnya. Janjian makan biar lebih mempererat hubungan. Namun, sesampainya di tempat makan, masing-masing menunduk dan asik memainkan gawainya.

Berdiam diri di rumah agar lebih akrab dengan keluarga. Akan tetapi di ruang keluarga masing-masing sibuk dengan handphone-nya. Merupakan kebiasaan buruk yang sepatutnya dihilangkan oleh generasi penerus indonesia. Karena hal demikian sangat bertentangan dengan kebiasaan orang Indonesia terdahulu yang dikenal dengan saling membantu dan suka bersosialisasi.

Agar supaya kita tidak terpapar virus berbahaya dari teknologi komunikasi. Atau yang sering di istilakan pecandu handphone, berperilaku phubbing, dan anti sosial. Khususnya para remaja, harus di bawah kontrol orang tuanya. Sering melakuan aktifitas yang tidak melibatkan gadget. Membaca buku cetak, terutama kaum pelajar. Belajar mengurangi waktu penggunaan gadget. Jika biasa bangun tidur langsung mencari gadget, mulai dari sekarang ganti dengan aktivitas lain.

BACA JUGA   Meretas Paradox Of Plenty

*Penulis adalah pegiat literasi di Pilas Institute