Di meja sebelah kami malam itu, sedang berkumpul anak-anak Weda Bikers Community, berkolaborasi dengan komunitas diving CDC yang tengah merencanakan agenda touring sekaligus wisata ke pulau Muor, 1 Oktober nanti. Pemandangan yang hampir setiap malam dapat kita temui di Gara-Gara Kopi.
“Kita ingin di sini (Taman Fagogoru) menjadi tempat kolaborasi semua komunitas, tidak hanya di weda, tapi semua komunitas di Halteng juga, kita berharap ini kedapan jadi Kampung Ekraf lah gitu,” ujar Baba.
Hal senada disampaikan Wawan, Ide Kampung Ekraf memang sedang digodok oleh mereka. Rencana menjadikan Taman Fagogoru sebagai pusat kreativitas Halteng terus didiskusikan. Ia menjelaskan, Taman Fagogoru saat ini sudah menjadi pusat kreativitas di Weda, pernah beberapa kali kegiatan komunitas di laksanakan di Taman tersebut.

“Disini pernah bikin penggalangan dana, pemutaran film lingkungan dan musikalisasi puisi, live music dan lainnya,” lanjut Wawan.
Perjalanan Gara-Gara Kopi sendiri tidaklah mulus. Berbagai kejadian sempat mereka alami, baik yang menyenangkan maupun yang menyebalkan. Hal itu diceritakan Imam menyambung cerita kedua rekannya. Ia menuturkan, pernah beberapa kali mereka mengalami teror yang entah dari siapa.
“Dulu di sini ada dua kedai, yang satu menyediakan kopi dan satu lagi menyediakan cemilan, pisang goreng dan lain-lain, waktu itu baru beberapa hari torang di sini, malamnya semua aman-aman saja, tapi pas pagi kabel-kabel lampu semua su dicabut, banyak lah yang torang alami,” tutur Imam.
Teror yang dialami tidak serta merta mengecilkan semangat mereka. Melalui komunikasi yang baik dan atas dukungan beberapa senior, keberadaan Gara-
Gara Kopi di Taman Fagogoru kini mulai diterima.
“Masyarakat disini mulai senang dengan keberadaan torang, karena torang disini sampe pagi, jadi ikutlah menjaga keamanan lingkungan disini,” tutup Baba.
Reporter : Mw
Editor : Redaksi