Spesies semacam bidadari Halmahera dan lebah raksasa tersebut menjadi tantangan serius untuk melestarikannya, sebab tantangan terbesar Halmahera kini, adalah di hadapkan dengan persoalan pertambangan dan kelapa sawit yang membutuhkan luas area lahan ribuan hektar, hutan Halmahera yang menjadi rumah kedua spesies endemik dan spesies lainnya terancam, dari data Tempo puluhan industri tambang yang dianggap bermasalah mengancam kelestarian lingkuangan hidup, luas hutan untuk area eksploitasi diantaranya Halmahera utara luas konsensi pertambangan 22.864.76 hektar, Halmahera selatan 52.870.23 hektar, Halmahera Tengah 33.23170 hektar, Halmahera barat 13.242.40 hektar, luas hutan tersebut diperuntukkan untuk konsesi pertambangan tersebut cukup serius mengancam keanekaragaman hayati yang mendiami rimba Halmahera (Koran Tempo 07/10/19)
Halmahera yang sejatinya sebagai medium terjalinnya simbiosis mutualisme secara kultural telah melembaga, penting untuk membentuk tatanan masyarakat berkelanjutan (sustainable society) dalam sistem kehidupan, maka anggapan Frijof Capra untuk perubahan secara radikal dalam paradigma masyarakat maupun sistem kekuasaan untuk menjaga keselarasan dengan alam. Melalui metode ecoliteracy sebagai fase masyarakat modern dimana kesadaran terhadap lingkungan hidup merawat bumi, ekosistem dan berkembangnya kehidupan.
Ecoliteracy Capra sebagai prinsip-prinsip ekologi dalam menata dan membangun kehidupan bersama umat manusia di bumi untuk mewujudkan masyarakat berkelanjutan.
Frijof Capra mengkritisi kebijakan ekonomi dewasa ini yang mengabaikan aspek ekologis dengan mewujudkan proses mekanisme pasar bebas yang tidak memperhitungkan sisi alam, selaras dengan Capra, Paul Hawken menganggap “lembaga- lembaga komersial yang bangga terhadap prestasi, mereka tidak menyadari sistem kehidupan yang sehat, udara dan air yang bersih, tanah yang sehat, iklim yang stabil – adalah bagian dari integral bagi berfungsinya sebuah ekonomi” Capra pada satu kesempatan dengan tajam mengkritisi sistem ekonomi “bisnis kita mengambil sumber daya alam, mengubahnya menjadi produk sekaligus juga limbah, lalu kemudian menjual produk tadi kepada konsumen, yang membuang lebih banyak lagi limbah, pola produksi dan konsumsi haruslah dirancang secara organik, proses ini haruslah meniru alam;(Keraf:2014:134) Anggapan Hawken di atas demikian menjadi ilustrasi yang telah terjadi maupun yang akan menerjang Halmahera nantinya.
Halmahera demikian bukanlah ruang dominasi umat manusia, akan tetapi ruang dimana semua mahluk dapat hidup.(*)