Jangan Jadi Pengusaha

Namun berdasarkan pengalaman pribadi penulis dalm merintis usaha, biasanya runway rintisan awal bisnis tidak panjang. Sehingga setiap kali pengusaha berhasil membayar kewajiban-kewajibannya, ia akan sangat bersyukur karena usahanya bisa survive. Jangankan mengembangkan usaha, menyelamatkan usahanya agar tetap bertahan saja sudah luar biasa. Hal seperti itu tidak pernah dipikirkan atau diresahkan oleh mereka yang hanya bekerja untuk orang lain (employee), psikologinya berbeda, mereka tidak memiliki feeling bertanggungjawab untuk menyelamatkan perusahaan. Dalam kepalanya, bekerja dan mendapatkan gaji dari hasil kerjaan itu, that’s it!

Maka dari itu, ilusi bahwa menjadi pengusaha untuk menjadi kaya harus dipikirkan kembali sebelum seseorang memutuskan menjadi pengusaha, karena menjadi kaya banyak caranya, bisa dengan korupsi, judi, lotre atau main crypto  agar kaya dengan cepat. Sedangkan menjadi pengusaha tidak seperti itu. Menjadi seorang pengusaha itu jalannya panjang, jalan pengusaha bukan skema cara cepat menjadi kaya!

Dalam perjalanan usaha itu selalu dihadapkan pada turbulensi yang disebabkan oleh banyak faktor baik eksternal maupun internal. Turbulensi dalam mengelola bisnis itu hal yang biasa, seperti pilot mengendalikan pesawat ditengah badai, oleh karena itu hanya orang-orang yang bermental baja yang bisa bertahan, siapa yang tidak kuat akan jatuh.

Misalnya kadang bisnis berjalan baik dan mnguntungkan di tahun pertama dan kedua, kemudian malah merugi di tahun ketiga, konsekuensinya ialah runway usaha makin pendek. Apalagi menghadapi suatu situasi yang semua orang belum pernah mengalami seperti covid-19 kemarin, usaha yang tumbuh terlalu cepat akan menghadapi suatu turbulensi yang hebat karena pukulan keras tersebut. Sebaliknya misalnya usaha dibidang startup, dalam situasi covid-19 justru malah meningkat profitnya dan malah merugi pasca covid, akhirnya terpaksa melakukan  penghematan dengan cara mem-PHK sebagian karyawannya.

BACA JUGA   Ekonomi Kreatif, Ujung Tombak Generasi Emas Indonesia

Bisnis yang tumbuh terlalu cepat juga rapuh. Hal Itu bahkan pernah terjadi pada giant company seperti microsoft, apple, facebook, nike dll. Bisnis besar seperti itupun bisa mengambil keputusan-keputusan yang salah seperti juga para pengusaha kecil. Perusahaan sebesar Google saja hampir tiap hari masih mengalami krisis.

Just a game, but not for everyone!

Pendiri Gojek, Nadim Makarim yang saat ini menjadi Menteri Pendidikan RI pernah berkata bahwa ‘what goes up must come down and what goes down must come up’. Memang bisnis seperti itu turun naik.

Jadi mengingat bahwa semua entrepreneur punya pola pikir seperti itu, maka dunia wirausaha itu memang tidak untuk semua orang atau tidak semua orang bisa nyaman dengan situasi seperti itu, orang yang suka menghindari resiko dalam hidupnya tidak cocok menjadi pengusaha. Mereka lebih cocok jadi employee atau self employee. Bagi mereka bisnis ini hidup dan mati, karena itu sangat berisiko sehingga harus dihindari, sebaliknya bagi pengusaha justru itu harus diurai dan dipecahkan.