Keberagaman di Jazirah Moloku Kie Raha: Membangun Masa Depan Kepemimpinan Inklusif untuk Semua

Oleh:

Abdul Rorano S. Abubakar (Inisiator Gen Muda Bela Malut)

Moloku Kie Raha (Maluku Utara) atau yang biasa dikenal sebagai kesultanan “empat gunung” memiliki sejarah peradaban yang panjang. Sebelum tergabung dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), Maluku Utara telah menjadi magnet bagi bangsa Eropa dan telah menjadi kiblat perdagangan rempah-rempah dunia.

Sebagai pusat dari beberapa kerajaan Islam besar di Nusantara, seperti Kesultanan Ternate dan Kesultanan Tidore, wilayah ini telah menjadi saksi dari dinamika politik, ekonomi, dan sosial yang kompleks. Sultan-sultan di Maluku Utara tidak hanya memimpin sebagai penguasa politik, tetapi juga sebagai penjaga keberagaman dan keharmonisan sosial di wilayah ini.

Warisan peradaban Maluku Utara juga diperkaya oleh interaksi dengan bangsa-bangsa lain, baik dari Asia, Eropa, maupun Timur Tengah. Interaksi ini melahirkan masyarakat yang heterogen, di mana berbagai etnis dan agama hidup berdampingan. Di sinilah pentingnya memahami konteks sejarah ini untuk mengapresiasi peran kepemimpinan dalam memelihara dan mengembangkan keberagaman di Maluku Utara.

Maluku Utara: Kemarin, Kini dan Nanti

Maluku Utara sebagai sebuah entitas kebangsaan telah melahirkan sejarah peradaban yang panjang, bahkan sebelum bangsa kolonial datang dan menjajah wilayah Kie Raha tersebut. Kesultanan Jailolo, Bacan, Ternate hingga Tidore adalah bukti akan kemajuan peradaban, baik dalam bidang perdagangan hingga pada wilayah budaya dan sains.

Keberagaman budaya oleh masyarakat Maluku Utara menjadi inspirasi akan eksisnya multikulturalisme di sana, jauh sebelum konsep ini digunakan sebagai akibat dari menguatnya diskursus tentang globalisasi dewasa ini. Cultural faith dan juga spiritual faith sejak dahulu telah diterapkan oleh masyarakat Maluku Utara dalam menjaga tradisi keberagaman dan kebinnekaan menjadi fondasi penting dalam menjaga keharmonisan di antara sesama manusia.

BACA JUGA   Napak Tilas Sejarah Pergerakan Sultan Nuku di Akelamo dalam Revolusi Tidore 1797 

Pulau Halmahera sebagai sentrum dari wilayah Maluku Utara sejak dahulu telah menjadi lalulintas perdagangan global, baik dari para pedagang atau saudagar dari Tiongkok, Arab hingga datangnya bangsa kolonial yakni Portugis, Spanyol hingga Belanda. Hubungan perdagangan ini telah menjadi bagian dari komunikasi budaya dan tradisi antara masyarakat Maluku Utara dengan para pedagang atau saudagar dari Negeri Tirai Bambu, Arab hingga Eropa tersebut.

Peradaban Maluku Utara dalam lintasan catatan sejarah telah memberikan pelajaran berharga bagi masyarakat hari ini dan yang akan datang. Catatan-catatan yang dimuat oleh para saudagar Tiongkok, Arab dan juga bangsa kolonial tersebut telah menjadi bukti bahwa jauh sebelum Indonesia diproklamirkan sebagai sebuah Bangsa dan Negara, peradaban Maluku Utara telah menjadi destinasi dan lalulintas perdagangan global yang masyhur.

Globalisasi, modernisasi, dan perkembangan teknologi membawa serta perubahan sosial (social transformation) yang cepat. Tantangan ini menuntut format kepemimpinan untuk terus berinovasi dan beradaptasi dalam menjaga kohesi sosial di tengah keberagaman yang ada. Masa depan keberagaman di Maluku Utara harus dibangun di atas fondasi yang kokoh dari nilai-nilai yang telah ada, tetapi dengan pendekatan yang lebih modern dan responsif terhadap dinamika zaman. Dengan lain perkataan, dengan senantiasa mempertahankan realitas keberbedaan yang secara kosmologis kerap diidentikkan dengan eksitensi doka gosora se bualawa (seperti cengkih dan pala) dalam siklus kehidupan flora yang bineka, tapi tetap berpadu dalam spirit ino fo makati nyinga, marimoi ngone futuru (seruan untuk bersatu atau menjaga kebersatuan di antara keniscayaan hidup yang berbeda). Lantas, perihal kohesi sosial tersebut didasarkan atas filosofi adat se atorang (kebiasaan dan ketentuan norma hidup yang berlaku) di dalam masyarakat itu sendiri.

BACA JUGA   Bantu Ringankan Beban Warga, Relawan Turun Tangan Serahkan Bantuan untuk Korban Musibah Banjir di Halteng