Tidore – Forum Diskusi Toadore kembali menggelar diskusi dengan tema “Integritas Penyelenggara di Tengah Pragmatisme Politik,” yang dilaksanakan di Kafe J12 Sentra IKM Tugulufa Tidore. Senin (25/9).
Hadir sebagai Pemantik, Ketua KPU Tidore Abdullah Dahlan, Ketua Bawaslu Tidore Amru Arfa, Sekretaris ICMI Tidore Mirwan Hamisi, dan akademisi Unibrah Mansur Jamal. Hadir juga sejumlah politisi, perwakilan OKP dan Insan Pers.
Mengawali diskusi Ketua Bawaslu Amru Arfa menyampaikan bahwa menjalani tahapan yang kompleks, diperlukan kerja kolaboratif, serta integritas yaitu sikap dan perilaku yang sejalan dengan nilai demokrasi dalam pemilu.
“Perlu kerja-kerja kolaboratif dari semua pihak baik penyelenggara, peserta dan pemilih dalam pemilu. Diperlukan perilaku dan sikap yang sejalan dengan demokrasi dalam pemilu,” ujar Amru.
Ketua KPU Tidore Abdullah Dahlan dalam paparannya menjelaskan peraturan DKPP No. 2 tahun 2017 yang mengatur tentang kode etik penyelenggara. Di mana menurut Abdullah, memiliki kaitan yang erat dengan integritas penyelenggara.
“Berbicara soal integritas, kuat kaitannya dengan moral etika. Berbicara soal moral etika adalah berbicara soal pantas tak pantas, layak atau tidak layak,” ulasnya.
Sedangkan Mirwan Hamisi mewakili elemen civil society, menyinggung soal integritas dalam konteks politik. Bagi Mirwan, yang patut disorot adalah bagaimana moral para penyelenggara. Sebab menurutnya, moral penyelenggara menjadi cerminan demokrasi negeri ini.
Sementara itu selaku akademisi, usai menyampaikan pandangannya mengenai integritas penyelenggara, Mansyur Jamal menyikapi slogan yang terpampang di sejumlah baliho yang melokalisir wilayah masing-masing dengan narasi “pilih anak kampung”.
“Ada fakta bahwa banyak baliho yang naik dengan slogan pilih anak kampung, seolah-olah melokalisir wilayah masing-masing. Efeknya adalah integritas para penyelenggara akan mendapat teror, intimidasi dan lain-lain,” terang Mansyur.
Survei indeks kerawanan dalam pemilu, ungkap Mansyur, menunjukkan hal yang sama, yaitu dalam kontestasi masih menggunakan politik uang.
Ditemui usai diskusi, Koordinator Forum Diskusi Toadore, Annisa Ode Minggu menyatakan bahwa Toadore sempat vakum menggekar diskusi selama 2 tahun. Sehingga perlu untuk digagas kembali, guna menumbuhkan dinamika dan khazanah pemikiran generasi muda Tidore.
“Kita vakum cukup lama, 2 tahun, dan malam ini perdana di tahun 2023. Respon audiens cukup baik untuk diskusi yang awal ini, semangatnya masih membara, terbukti bahwa banyak orang yang haus dengan kehadiran wadah diskusi seperti ini,” jelasnya.
Annisa menambahkan, tema diskusi yang di angkat ini tidak serta merta menyudutkan bahkan meragukan integritas salah satu pihak. Namun ide ini lahir sebagai pemicu awal mengingat momentum politik yang sudah di depan mata.
Reporter: Aalbanjar