“SON Institute itu mulai 2016, setelah kita resign kerja dari Mahakarya, kita bale bikin SON Institute. SON Institute ini dia pe target awal itu tong mo bikin Kampung Inggris Indonesia Timur di Tidore, sementara untuk wilayah tengah dan barat itu di Pare, Kediri,” kisahnya.
Ide membangun kampung inggris ini menurutnya, mendapat support luar biasa dari lembaga-lembaga belajar yang ada di Pare. Kerjasama pun terjalin, SON Institute memfasilitasi lembaga-lembaga dari Kediri tersebut untuk survei ke Tidore dan Ternate. Dari hasil survei tersebut Tidore dinyatakan layak untuk dikembangkan kawasan Kampung Inggris Indonesia Timur.
“Torang so kerja sama deng beberapa lembaga belajar di sana dan dong mau support, kamari survei di Kelurahan Gambesi, menurut dorang tra memenuhi syarat. Tidore, cocok, karna menurut dorang Tidore masih kondusif. Jadi dong akan cari satu kampung yang nanti mo bikin jadi Kampung Inggris bagitu,” lanjutnya.
Gagasan-gagasan Aison lewat SON Institute kini semakin berkembang di Syukurdofu Indonesia. Sebuah wadah pengembangan potensi UMKM dan Ekonomi kreatif yang ia rintis.
Syukurdofu Sebagai Gerakan Kebudayaan
Syukurdofu seakan menjadi identitas Aison. Pria yang pernah kuliah di Fakultas Komunikas Universitas Paramadina Jakarta ini mengaku sengaja memilih nama Syukurdofu sebagai sebuah kampanye. Syukurdofu yang dalam bahasa Indonesia berarti terima kasih hendak didorongnya menjadi brand khas Maluku Utara. Berbagai media kampanye ia kembangkan. Kaos, topi, hoody hingga tumbler Syukurdofu pun ia produksi.
Ia mengungkapkan, bahwa ide awal brand Syukurdofu tercetus pada 2019, ketika ia mengikuti diskusi tentang pentingnya melestarikan bahasa Tidore. Syukurdofu baginya merupakan sebuah gerakan kebudayaan untuk membangun kebiasaan orang Tidore dan Maluku Utara untuk kembali mengucapnya, sebagai pengganti ucapan “terima kasih” .
Aison mengaku, saat ini pihaknya sedang mempersiapkan proposal event “Syukurdofu Culture Festival” yang akan diajukan ke Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Syukurdofu Culture Festival diharapkan menjadi bagian dari program “Ketahanan Budaya” yang digagas oleh Kemendikbud RI. Rencananya kegiatan tersebut akan dilaksanakan pada 10 Juli hingga 15 November 2021.
“Sementara ini ada persiapan, torang ada pengajuan proposal ke Kemendikbud. Dalam waktu 1, 2 hari kedepan ini so di umumkan diseluruh indonesia, dia pe tema itu ‘Ketahanan Budaya’. dari situ Syukurdofu kase maso event “Syukurdofu Culture Festival” kalo dia lolos, nanti orang kementerian datang interview deng tanda tangan kontrak,” terangnya.
Saat ditanya mengenai target jangka panjang, Aison menjelaskan bahwa, Syukurdofu kedepan akan bertransformasi menjadi Yayasan Syukurdofu Indonesia (Syukurdofu Foundation) yang akan fokus pada kegiatan-kegiatan sosial, pendidikan dan kesehatan.
“Syukurdofu ini pada akhirnya akan menjadi yayasan, Yayasan Syukurdofu Indonesia yang punya fungsi sosial. Yayasan itu tong fokus ke pendidikan dan kesehatan,” Jelasnya.