Oleh:
Abd Wahab A. Rahim (Redaktur Sentranews.id)
Berbeda dengan Pilkada 2020. Wacana politik terkait Pilkada Kota Tidore Kepulauan tahun ini terasa begitu datar. Di tahun 2020, ketika menjelang pemilihan, ruang- ruang publik dipenuhi dengan percakapan politik. Baik percakapan yang berkualitas antar pendukung tiap-tiap kandidat, hingga fenomena akun palsu yang begitu merajalela. Paling tidak, media sosial saat itu, tidak menjadi ruang hampa seperti tahun ini. Kafe, tongkrongan politisi bahkan ibu-ibu di dapur juga tak seramai seperti Pilkada di periode sebelumnya.
Kehampaan yang terjadi tahun ini, mungkin disebabkan karena belum adanya tokoh yang seimbang untuk menandingi popularitas Muhammad Sinen (Ayah Erick). Jika membaca hasil survei terbaru terkait ketokohan pada Pilkada Kota Tidore Kepulauan, rasanya mustahil Ayah Erick bisa dilampaui. Bahkan bisa disimpulkan bahwa perhari ini, isi kepala mayoritas masyarakat Tidore sudah menganggap bahwa pertarungan November nanti telah dimenangkan oleh Muhammad Sinen.
Apakah benar tidak ada figur yang memiliki ketokohan dan sumber daya politik yang seimbang dengan Muhammad Sinen? Kalaupun ada, siapakah dia? Pertanyaan inilah mendasari lahirnya tulisan ini.
Jika kita sedikit lebih serius mengamati, dari semua tokoh yang terpampang di sepanjang jalan Rum- Soasio. Satu-satunya tokoh yang mampu menandingi superioritas Muhammad Sinen adalah Capt. Ali Ibrahim. Karena secara kalkulatif, kedua tokoh tersebut memiliki sumberdaya politik yang cukup setara di Kota Tidore Kepulauan.
Hanya saja, Ali Ibrahim sudah tidak bisa mencalonkan diri sebagai Wali kota Tidore Kepulauan, karena sudah menjabat dua periode. Itu sebabnya tulisan ini mencoba memantik percakapan publik, untuk membayangkan apakah ketokohan Ali Ibrahim mampu memberikan dampak pada salah satu kandidat yang mencalonkan diri sebagai wali kota nanti? Tokoh yang dalam tulisan ini penulis sebut sebagai PUTRA MAHKOTA.
Pertanyaan selanjutnya adalah, mengapa Muhammad Sinen tidak bisa disebut sebagai “Putra Mahkota”nya Ali Ibrahim? Tentu saja tidak, karena “Putra Mahkota” adalah figur yang secara kalkulasi matematis membutuhkan ketokohan dan sumber daya politik Ali Ibrahim atau yang di-endorse oleh Ali Ibrahim.
Sedangkan Muhammad Sinen tidak membutuhkan itu. Ayah Erick adalah sosok yang memiliki sumber daya politik paling lengkap saat ini, sebagai petahana, juga sebagai pimpinan partai pemenang Pileg dengan 12 kursi. Selain faktor logisitik yang memadai, dan ketokohan yang tak diragukan serta berbagai alasan lainnya. Sehingga, menurut hemat penulis, Ayah Erick tidak membutuhkan endorsement dari tokoh lain, karena sebagai figur, ia adalah politisi paling komplit di Tidore saat ini.
Akan menarik jika Pilkada Kota Tidore Kepulauan 2024, diramaikan oleh pertarungan antara Muhammad Sinen dengan “Putra Mahkota” Ali Ibrahim. Dua tokoh yang memiliki sumber daya politik yang cukup seimbang saling berhadapan, walau secara tidak langsung. Itu bisa merubah peta politik yang selama ini telah terbentuk di kepala para penikmat politik. Juga menghasilkan wacana politik di Tidore yang lebih menggairahkan.