Menanti “Putra Mahkota” Ali Ibrahim!

Satu hal yang perlu menjadi perhatian, adalah riset yang pernah dilakukan oleh Power Welfare and Democracy (PWD) Universitas Gadjah Mada dan University of Oslo, yang menunjukan bahwa demokrasi Indonesia mengarah pada ketokohan. Jenis politik di Indonesia kini fokus pada figur-figur individual, khususnya mereka yang menduduki posisi seperti pimpinan daerah.

Sehingga, secara kalkulasi politik harusnya Ali Ibrahim mampu dan mumpuni menyiapkan “Putra Mahkota” yang bisa bertarung pada Pilkada 2024. Pertanyaannya adalah apakah mungkin? Ini yang akan masih tetap menjadi tanda tanya. Karena selama sepuluh tahun ini, hubungan antara Ali Ibrahim dan Muhammad Sinen terlihat begitu harmonis.

Satu hal yang pasti, bahwa “politics is the art of attacking the impossible,” setidaknya itu yang dikatakan oleh Allan Badiou walau dalam konteks yang berbeda. Bahwa politik adalah seni melawan ketidakmungkinan, bahwa segala kemungkinan bisa saja terjadi.

Jika dua hal yang dijelaskan sebelumnya adalah ketokohan dan sumber daya politik. Maka hal berikutnya yang masuk akal terkait “Putra Mahkota” adalah segmentasi pemilih antara Muhammad Sinen dan Ali Ibrahim. Segmentasi pemilih dalam politik adalah proses pengelompokan pemilih berdasarkan karakteristik tertentu, seperti geografis, demografi, psychografi, behavior, dan sosial budaya. Walau belum ada riset yang spesifik terkait segmentasi pemilih antara kedua tokoh tersebut. Tapi jika diamati berdasarkan karakteristik ini, baik Ali Ibrahim maupun Muhammad Sinen memiliki segmentasi pemilih yang berbeda. Terutama jika dibedah berdasarkan aspek geografis.

Akhirnya, Pilkada Kota Tidore Kepulauan akan menjadi menarik jika Muhammad Sinen berhadapan dengan “Putra Mahkota” Ali Ibrahim. Apalagi jika yang terjadi adalah head to head, maka tentu sangat patut untuk dinanti. Karena selalu ada harapan bahwa Tidore yang sudah lebih baik ini, menjadi lebih baik lagi. Antara MASIH AMAN atau mencari RASA NYAMAN!

BACA JUGA   Perkembangan Fintech di Masa Pandemi