Menggubah Patriarki

Selain itu, menurut Bloodworth patriarki adalah sistem sosial dimana kaum laki-laki memegang kekuasaan utama dan mendominasi dalam peran-peran kepemimpinan politik, privelege sosial, dan menguasai properti/ hak milik dengan secara spesifik menyingkirkan sebagian besar perempuan, atau menyatakan terdapat perbedaan fundamental antara laki-laki dan perempuan yang darinya kaum laki-laki memperoleh kekuasaan. Dan menurut Encylopedia of Feminism (1986) patriarki adalah struktur politik universal yang memberi privilege kepada para laki-laki dengan mengorbankan kaum perempuan.

Definisi-definisi patriarki tersebut tentu tidak bebas dari kesalahan dan kekurangan, sehingga perlu untuk kita kritik atau bahkan menggubah definisinya menjadi suatu kualitas yang baru. Lalu apa yang perlu digubah dalam definisi patriarki tersebut?

Kita tentu bersepakat bahwa di dunia yang kita tinggal saat ini muncul sebuah ideologi yang diberi nama patriarki. Namun, tidak semua dari kita menerima  definisi yang disemai kepada patriarki tersebut. Termasuk saya. Saya berpendapat bahwa patriarki tidak berjenis kelamin, tidak seperti mimpi basah yang hanya khusus dialami dan dimiliki oleh laki-laki, karena itu patriarki dapat mempengaruhi kesadaran siapapun, dan bukan hanya khusus pada laki-laki di dunia ini.

Beberapa definisi patriarki yang telah disajikan di atas tentu sangat membantu  untuk penyelesaian tulisan ini. Sebagaimana telah dijelaskan bahwa tujuan utama dari tulisan ini adalah menggubah definisi patriarki menjadi sesuatu yang baru yang samasekali tidak berkontradiktif dengan realitas. Sesuatu yang baru namun juga tidak anti kritik. Artinya, definisi baru ini akan selalu siap siaga untuk menerima kritikan dari luar. Untuk itu, sebelum dikritik, saya merasa penting untuk menjelaskan pandangan saya terkait aspek apa yang perlu dicungkil dan dibuang dari definisi patriarki yang lama.

BACA JUGA   Kembalikan Negeriku: Sultan Tidore Husain Alting Sjah untuk Maluku Utara

Menurut pandangan saya terdapat tiga aspek penting yang perlu untuk tidak dipakai dalam definisi lama patriarki tersebut. Ketiga aspek ini antara lain adalah aspek solidaritas antar laki-laki penindas dan tertindas, aspek keseluruhan kaum laki-laki sebagai penindas perempuan, dan aspek keberuntungan laki-laki dalam sistem penindasan. Ketiga aspek ini secara prinsip harus ditolak karena kontradiktif dengan relitas yang ada. Hal ini dapat dijelaskan secara singkat sebagai berikut.

Aspek solidaritas antar laki-laki penindas dan tertindas. Hal yang diabaikan dalam aspek ini adalah soal kesadaran dan ketidaksadaran. Tentu penekanan pada dua hal tersebut sangat penting. Untuk itu kesadaran dan ketidaksadaran harus dipakai sebagai indikator untuk menilai aspek ini. Laki-laki yang sadar dan konsisten yang mengetahui bahwa patriarki adalah sumber penindasan akan lebih memilih berjuang membebaskan perempuan daripada bersolidaritas bersama laki-laki penindas.

Atau laki-laki tertindas akan lebih memilih untuk membebaskan laki-laki dan/atau perempuan yang belum sadar daripada bersolidaritas bersama laki-laki penindas untuk menindas kaum perempuan. Namun, bukan berarti bahwa laki-laki tertindas yang ikut mendukung laki-laki penindas dapat dipakai sebagai sebuah pembenaran bagi hukum dalam definisi patriarki. Hal ini harus diperiksa secara detail, terutama soal ketidaksadaran laki-laki.