Mr. Ucen, Pelopor Kursus Bahasa Asing di Tidore

“Disini, sebelum covid, siswanya banyak jadi saya tidak bisa sendiri, waktu mengajarnya sama, tapi tidak gabung kayak gini, SD hari lain, SMP hari lain, karena banyak orang. Kalau tiap kelas 25 orang, maka 1 hari itu sampai 100 orang, makanya saya pasang (jadwal) sampai hari jum’at, untuk sabtu dan minggu saya ke bawah (Rum-Maitara),” terangnya.

Tak hanya kursus, Mr. Ucen juga membuka kelas bimbingan untuk olimpiade bahasa Inggris dengan mengembangkan kemampuan pidato bahasa Inggris dan story telling. Setiap tahun, anak didiknya selalu mewakili sekolah mengikuti olimpiade.

“Anak-anak disini selain belajar, saya juga bimbing mereka untuk ikut lomba-lomba olimpiade bahasa Inggris. Tapi saya bimbing mereka dalam keterampilan berbahasa seperti pidato dan story telling. Jadi setiap tahun yang mewakili sekolah itu biasanya saya pe anak-anak disini,” ungkapnya.

Dahulu, sewaktu memulai kelas kursus, Mr. Ucen menggunakan rumah kediaman adiknya dan menggunakan perlengkapan mengajar seadanya.
Selama menjalankan lembaga kursusnya, ia mengaku pernah mendapat bantuan dari Walikota Ahmad Mahifa.

Kelak jika ada bantuan lagi dari pemerintah, Mr. Ucen berencana membuka bimbingan tes toefl untuk anak-anak Tidore yang hendak mendaftar di sekolah-sekolah kedinasan.

“Saya rencana kalau ada bantuan itu mau buat bimbel, kaya di tes-tes polisi, tes perawat dll, khusus bahasa inggris. Baru di dalamnya ada fasilitas penunjang toefl seperti laptop dan driver penunjang toefl. Saya inginnya begitu karna di Tidore belum ada seperti itu,” jelasnya.

Meskipun selama mengajar seringkali mengalami pasang-surut, Mr. Ucen mengaku senang, karena anak-anak didiknya bisa memahami dan menerima metode pengajarannya dengan baik.

“Senangnya kalau anak-anak respon kita punya metode mangajar. Dukanya paling kalau anak-anak kurang perhatian dan lain-lain. Tapi bagi saya belajar bahasa Inggris ini suka lebih banyak dari pada dukanya. Karena metode belajar saya berbeda, saya belajar sambil bermain, bermain menggunakan bahasa Inggris sesuai tingkatan usia masing-masing,” tuturnya.

BACA JUGA   Perpustakaan NBCL dan Kehidupan Literasi Mashur Tomagola

Dari segi teknik pengajaran, Mr. Ucen biasanya menekankan pentingnya perbendaharaan kosakata. Setiap siswa diwajibkan menghafal kosakata berdasarkan kelas yang telah dibagi. Untuk siswa SD kelas 1, diwajibkan menghafal 5 kata, kelas 2 menghafal 7 kata dan seterusnya. Kalau untuk kelas umum, rata-rata menghafal minimal 10 kosakata.

Jika peserta didik kelas SD-SMP hanya diwajibkan menyetor hafalan. Maka peserta kelas umum, tidak hanya setor hafalan, melainkan mampu merangkai kalimat dan berbincang langsung dengan para tutor.

Terdapat beberapa metode yang digunakan oleh Mr. Ucen selama membina anak-anak didiknya. Diantaranya adalah metode EGRA (Exposure, Generalization, Reinforcement, and Application) dan metode TPR (Total Physical Response).

“Ada banyak metode tapi saya pakai EGRA, yaitu seberapa banyak pengalaman dan kosakatanya ada berapa, jika dia punya banyak kosakata berarti bisa,” terang Mr. Ucen.

“Kalau anak yang belum belajar bahasa Inggris dan nsudah itu beda. Kalau yang belum saya pake TPR, intinya pengenalan langsung pada benda-benda sekitarnya,” pungkasnya.