Bogor – Aroma rempah sudah mulai tercium ketika kita memarkir kendaraan di depan salah satu kedai di pelataran gedung Fakultas Kehutanan dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor. Sebelum masuk, tampak dari bahu jalan, kita sudah disambut selembar banner bertuliskan “Hidup Sehat dengan Jamu” yang terpampang di depan kedai. Minggu (3/12).
Dengan suasana yang tampak sederhana, dihiasi rindangnya pepohonan nan sejuk di balik dinding-dinding kelas, terlihat seorang barista sibuk menyiapkan pesanan para pelanggan yang telah menunggu. Kedai yang digerakkan oleh sekelompok mahasiswa itu, mulai mengolah rasa dan menebar aroma rempah.
Adalah kedai Warung Kata Perjamuan, sebuah kedai yang menjajakan aneka minuman berbahan dasar rempah-rempah dan tumbuhan obat. Sebut saja sebagian dari menu yang ditawarkan adalah kelor latte, teh jahe, telang rosela, dan beberapa sajian minuman yang diracik dengan campuran, kayu manis, pala, dan cengkeh.
Ya, sajian minuman yang dapat menjaga tubuh tetap fit dan tentunya menyehatkan.
Berbicara tentang rempah-rempah, tentunya tidak terlepas dari potensinya yang melimpah di Indonesia. Artinya, rempah-rempah datang kepada manusia lewat pemberian alam. Adapun pada dunia, ia datang melalui tangan-tangan para pedagang dan petualang, juga penulis, serta novelis, penyair, arkeolog, akademisi, filsuf, ahli botani, ekonomi ataupun politik.
Kedatangan ini awalnya berwujud cerita, baik lisan maupun tulisan. Itulah bisa dikatakan bahwa sejarah rempah-rempah yang berumur ribuan tahun itu sesungguhnya berawal dari sesuatu yang sangat sederhana. Ya, sebuah cerita.
Dan, kedai Warung Kata Perjamuan adalah cerita baru dari anak-anak muda yang tidak tenggelam dalam romantisme masa lalu kejayaan rempah, tetapi mereka berupaya bangkit dan mengangkat kembali era keemasan itu dengan sentuhan yang inovatif.
Hisyam Zulfikar (23 tahun), seorang mahasiswa nyambi pengelola kedai yang menjajakan beranekaragam rempah-rempah Nusantara ini, mengisahkan proses awal mula ia dan teman-temannya merintis usaha tersebut.
“Awal mula pembentukan kedai ini (Warung Kata Perjamuan) berkat pengalaman saya di lapangan ketika melihat begitu banyak potensi rempah dan tumbuhan obat yang dimanfaatkan masyarakat, tetapi nilai jualnya yang begitu rendah,” tutur pria yang akrab disapa Hisyam tersebut.
Lebih lanjut, pria yang tengah menempuh pendidikan magister di Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB tersebut menambahkan bahwa hadirnya kedai ini tidak hanya menjajakan aneka makanan dan minuman, tetapi juga bisa menjadi ruang interaksi bagi mahasiswa untuk saling bertukar ide dan gagasan.
“Selain menjadikan tempat ini sebagai kedai yang menjajakan aneka minuman berbahan dasar rempah-rempah, kita juga menjadikan tempat ini sebagai wadah teman-teman untuk saling diskusi dan menuangkan kreativitasnya,” ucap Hisyam.