Membangkitkan Kembali Pamor Rempah
Pembicaraan tentang rempah-rempah adalah berbicara soal peristiwa masa lalu yang menyimpan banyak kisah suka dan duka. Ya, karena rempah-rempah, bangsa ini dikenal dunia dan menjadi rebutan bangsa-bangsa Eropa, juga karena rempah-rempah, para leluhur kita dijajah.
Ada juga hal menarik dari rempah-rempah yang jarang kita ketahui. Bahwasanya rempah-rempah adalah barang yang sangat berharga. Saking berharganya, Manhattan, salah satu kota kecil di Amerika Serikat pernah ditukarkan dengan satu pulau kecil di Kepulauan Maluku. Adalah pulau Run, sebuah pulau yang ditumbuhi tanaman pala (Myristica fragrans). Walau demikian, pamor rempah yang pernah menjadi barang paling berharga itu, saat ini seakan tenggelam ditelan samudera.
Kehadiran kedai Warung Kata Perjamuan yang diinisiasi oleh teman-teman muda yang menawarkan aroma khas rempah-rempah ini merupakan manifestasi dari era kejayaan rempah-rempah di masa silam. Mereka tidak sekadar bangga dengan kenangan masa silam tentang kekayaan bangsa ini akan rempah-rempah, tetapi mereka berupaya mengangkat kembali pamor rempah yang hilang kian temaram.
Prof. Sudarsono Soedomo, salah satu tenaga pengajar Institut Pertanian Bogor dalam acara pembukaan kedai Warung Kata Perjamuan mengutarakan bahwa perdagangan dunia itu pernah diwarnai dengan perdagangan rempah-rempah. Nah, dari rempah-rempah itulah Nusantara ini pernah mengalami masa kejayaan, dan dari rempah-rempah itu juga Nusantara ini tenggelam (dijajah).
Sosok yang juga ahli manajemen hutan tersebut mengajak generasi-generasi muda untuk terus menggali dan mengembangkan kembali potensi rempah-rempah karena itu adalah bagian dari budaya Nusantara.
“Anak-anak muda harus ingat kembali budaya kita dan kembangkanlah budaya itu, karena kesempatan itu begitu besar. Dengan kesempatan yang besar itu kita syukuri dengan cara bekerja keras,” pungkasnya.
Sama halnya dengan Prof. Sudarsono, jika kita membuka kembali catatan-catatan sejarah, Tome Pires, seorang penjelajah asal Portugis dan juga penulis buku monumental “Suma Oriental”, ia pernah mengatakan bahwa “Tuhan telah menciptakan Timor sebagai surga cendana, Banda sebagai surga pala, serta Maluku sebagai surga cengkeh”, dan barang-barang ini tidak ditemukan di tempat lain.
Hal ini menunjukan bahwa tidak ada bangsa lain di dunia ini yang memiliki kekayaan biodiversitas seperti Indonesia. Oleh sebab itu, keanekaragaman hayati Indonesia merupakan aset jangka panjang yang perlu dikaji, diteliti, dan dimanfaatkan secara efektif sesuai perkembangan zaman untuk kesejahteraan bangsa dan memperkuat karakter serta ketahanan budaya nasional.
“Jamu” Beraroma Rempah
Tidak hanya kisah epik rempah-rempah yang menemani perjalanan panjang bangsa ini selam ribuan tahun. Jika kita menengok kehidupan masyarakat lokal dari berbagai suku di bumi Nusantara. Kita akan menemukan beragam cerita dari pengetahuan masyarakat dalam memanfaatkan kekayaan keanekaragaman hayati.