Perjamuan Rempah di Warung Kata

Jamu adalah salah satunya, ramuan tradisional dari berbagai jenis tumbuh-tumbuhan yang dimanfaatkan untuk media pengobatan ini tak boleh dilupakan. Karena khasanah pengetahuan lokal yang lahir dari para leluhur ini telah membersamai kehidupan kita hingga saat ini. Itulah mengapa jamu merupakan local genius dan local wisdom Indonesia.

Tentunya, adanya jamu tidak terlepas dari potensi keanekaragaman hayati yang melimpah di Indonesia, serta ditopang dengan kekayaan suku dan budaya.

Di lansir National Geographic Indonesia (04/2020), sejarawan Fadly Rahman mengungkapkan bahwasanya pada abad ke-17 seorang ilmuwan bernama Jacobus Bontius memanfaatkan jamu untuk mengobati Gubernur Jenderal VOC, Jan Pieterszoon Coen, yang sedang sakit. Alasan Bontius menggunakan jamu sebagai pengobatan karena sebelumnya sudah menaruh rasa penasaran saat melihat aktivitas pribumi mengobati orang sakit dengan jamu.

Bahkan, seabad kemudian, George Everhardus Rumphius, seorang naturalis berkebangsaan Jerman berhasil melahirkan mahakaryanya Herbarium Amboinense (1775), berkat penelusurannya dalam mengidentifikasi kekayaan hayati yang tersimpan di belantara hutan Ambon.

Akhirnya, rempah, juga jamu di dalamnya adalah kisah yang ikut mewarnai perjalanan bangsa ini. Sejarah mencatat, rempah bukan sekadar komoditi, namun membawa nilai dan gaya hidup untuk peradaban global. Begitu pentingnya rempah dalam kehidupan manusia sehingga ia menjadi bagian perkembangan ekonomi, sosial-budaya, dan politik dalam skala lokal maupun global.

Sudah saatnya narasi rempah harus diwujudkan secara kolektif. Karena, narasi rempah bisa memberikan perspektif yang unik sebagai pintu masuk untuk berkontribusi dalam upaya menjawab tantangan kontemporer, seperti ketahanan pangan, perubahan iklim, pengentasan kemiskinan, dan berbagai tantangan lainnya.

Rempah bukan semata warisan, tetapi rempah adalah masa depan kita. Dan, hadirnya Warung Kata Perjamuan adalah langkah awal menuju masa depan itu.

BACA JUGA   Kiat Sukses Ko Adi, Berhenti dari ASN Karena Rasional

Reporter: Arifin M. Ade