Tidak kurang dari Rp 50 juta, dana yang disumbangkan Imam melalui yayasannya untuk Karabala. Dana yang rencananya digunakan untuk menambah koleksi buku, atas saran Imam, kemudian dialihkan untuk membeli sebidang tanah yang saat ini berdiri gedung NBCL. Sang donatur khawatir jika sewaktu-waktu pemilik lahan yang disewa untuk rumah baca berubah pikiran.
“Tiba-tiba Pak Imam tanya, rumah baca ini status lahannya gimana, bagaimana kalau pemilik lahan ini mau tarik lagi, nanti nasib rumah baca ini bagaimana. Pak Imam lalu minta saya mulai cari tanah disekitar Gambesi, dapatlah tanah yang sekarang berdiri gedung NBCL, dari dana 50 juta waktu itu, torang berhasil beli tanah seharga 35 juta,” terang Mashur.
Sekitar tahun 2008, tanah sudah dibeli, proses selanjutnya ialah mendirikan bangunannya. Imam Prasodjo melalui yayasan Rumah Dunia, banyak membantu pembangunan NBCL. Dimulai dari desain arsitekturnya hingga proses konstruksi bangunan perpustakaan. Desain bangunan NBCL sendiri dirancang oleh Arsitek Ivy Hume, putra dari Cameroon Hume, Dubes AS untuk RI saat itu. Dimana bentuk bangunannya terinspirasi dari pakaian adat Ternate, yaitu Tuala Lipa.
Proses konstruksi NBCL sendiri, melibatkan banyak pihak, mulai dari pengerukan tanah hingga pemasangan atap. Banyak aktivis literasi yang ikut terlibat dalam pembangunan gedung tersebut. Beberapa kementerian dan perusahaan BUMN melalui CSR nya ikut membantu, antara lain; PT. PLN membantu biaya sebesar Rp. 600 juta dan Bank Indonesia sebesar Rp. 300 juta. Selain BUMN, pihak swasta juga ikut berkontribusi, yaitu Metro TV melalui program Kick Andy dan juga yayasan Rumah Dunia.
Mashur menyadari bahwa setiap usaha pasti selalu terdapat rintangan, ia sempat menjadi gunjingan beberapa pihak ketika mendorong pembangunan NBCL, terutama mengenai keterlibatan Yayasan Keluarga Prabowo Subianto dalam proses pembangunan tersebut, apalagi dengan kehadiran Dubes AS di prosesi peletakan batu pertama. Bahkan nada sumbang juga datang dari beberapa tokoh penting di Maluku Utara.
“Beberapa teman-teman aktivis disini curiga kalau NBCL ini antek Amerika. Karena Dubes Amerika hadir saat peletakan batu pertama, dorang tra tau kalo banyak pihak yang membantu, torang juga lobi CSR PLN deng Bank Indonesia,” jelasnya.
Setelah semua rancangan dan kebutuhan anggaran selesai dirampungkan, tahun 2009 pembangunan gedung pun dimulai dan baru rampung dan mulai beroperasi pada 2010. Setelah selesai proses pembangunan fisik, Mashur dan teman-teman mulai mempersiapkan program, berbagai kegiatan pun coba diinisiasi.
Satu jam sudah diskusi kami sore itu, bergelas kopi sudah kami habiskan, namun Mashur tampak masih bersemangat menceritakan seluk beluk perjalanan NBCL. Sudah banyak program yang ia dan rekan-rekannya gulirkan di NBCL, diantaranya; membina komunitas-komunitas literasi di Ternate, menjalin kerjasama dengan berbagai organisasi mahasiswa, juga menyelenggarakan kegiatan voluntary dengan kurikulum pembinaan voluntary yang ia kembangkan bersama rekan-rekannya.