Pengelolaan NBCL sendiri dikerjakan secara kolektif dan egaliter, di NBCL tidak mengenal bawahan atau atasan, semua dikerjakan bersama. Namun untuk kebutuhan administrasi maka perlu dibuatkan badan hukum, sebagai syarat memperoleh bantuan dari pemerintah, adapun susunan pengurus NBCL yang ada saat ini yaitu, Mashur, Imam Prasodjo dan Siti Gormawati dari unsur pendiri, sementara untuk pembina, diantaranya ada Sahrani Somadayo dan beberapa senior lainnya.
Di Tahun 2013, aktivitas Mashur dan rekan-rekannya mulai mendapat apresiasi. Metro Tv melalui program Kick Andy memberi penghargaan Kick Andy Hero’s untuk Mashur dan NBCL. Sejak saat itu, langkah Mashur dan NBCL semakin dikenal secara nasional. Ia mulai berkenalan dengan beberapa tokoh nasional setelah penghargaan Kick Andy Hero’s tersebut. Selain itu, di tahun yang sama, NBCL mendapat kunjungan dari Wadah Foundation, yang dikelola oleh istri Hasjim Djojohadikusumo. Undangan untuk NBCL pun berdatangan dari berbagai daerah Indonesia.
Pandangan Soal Politik
Diskusi dengan seorang aktivis memang selalu menarik, wawasan yang luas dan energi pengetahuan yang kuat membuat suasana diskusi semakin seru dan menyenangkan, sesekali ledak suara tawa kami memecah sore hari itu. Saya pun sedikit menyentil soal pandangan Mashur mengenai politik dan bagaimana dia sebagai seorang pegiat literasi seharusnya bersikap, ditengah tarik menarik kepentingan politik.
Semula Mashur adalah orang yang sangat apatis dengan politik, apalagi dalam realitas politik yang ada saat ini. Ia memang tidak terjun ke dalam politik secara langsung, namun pergaulannya dengan beberapa tokoh politik, baik lokal maupun nasional, tentu memberi persepsi tersendiri baginya.
Lebih jauh, pandangan Mashur soal politik mulai berkembang ketika ia diundang oleh Wadah Foundation dalam suatu pertemuan di Bali, dalam pertemuan tersebut hadir seluruh anggota keluarga Prabowo Subianto. Di situlah ia pertama kali berjumpa dengan Prabowo. Apatisme Mashur terhadap politik selama ini, ia sadari karena ke-tidaktahu-an.
“Jadi torang harus meletakkan misi kemanusiaan itu di ujung cita-cita politik,” tegas Mashur.
Selain berjumpa dengan keluarga Prabowo, ia juga mengikuti pelatihan relawan yang diselenggarakan oleh Wadah Foundation. Seusai pelatihan, Mashur kemudian terbang ke Jakarta dan magang di yayasan lain yang bergerak di bidang rehabilitasi anak-anak korban konflik horisontal di Maluku & Maluku Utara saat itu.
Keterlibatannya dalam yayasan rehabilitasi ini yang menggeser pandangan Mashur mengenai politik, terutama terhadap sosok Prabowo Subianto, yang selama ini sering diopinikan negatif oleh media. Ketertarikan Mashur terhadap yayasan keluarga Prabowo ia akui karena kekagumannya, Prabowo dan keluarganya menurut Mashur, sudah berbuat banyak untuk kesejahteraan masyarakat, namun tidak pernah menjadikannya sebagai komoditas politik.
Aktif dalam kegiatan-kegiatan yayasan keluarga Prabowo, membuat Mashur sangat dekat dengan keluarga ini secara personal, terbukti dalam beberapa kali hajatan keluarga, ia selalu diundang. Terakhir kali, ia sempat hadir dalam perayaan ulang tahun Prabowo di Hambalang. Sosoknya kemudian dikait-kaitkan dengan partai Gerindra, sesuatu yang ia tolak karena latarnya yang adalah seorang ASN.