Plastik dan Peradaban Manusia
Lantas apa itu PLASTIK? Plastik adalah suatu polimer yang mempunyai sifat-sifat unik dan luar biasa. Bahan yang terdiri dari berbagai macam senyawa organik sintetis atau semi sintetis ini dapat ditempa dan dibentuk menjadi benda padat. Disebut plastik karena merujuk pada material yang fleksibel dan mudah dibentuk. Terbuat dari selulosa (serat yang tidak dapat dicerna), minyak bumi, gas alam dan batu bara.
Material polimer karbon dan sintetis yang memiliki sifat yang ringan, mudah dibentuk, memiliki daya tahan yang baik dan tidak mudah rusak, relatif sangat murah, tahan air serta tidak resisten terhadap bakteri dan jamur. Barang atau benda yang pertama kali diperkenalkan oleh kimiawan terkenal Alexander Parkes dari Britania dan Jhon W. Hyatt dari Amerika Serikat pada 1860-an serta terobosan inovatif yang dilakuan oleh Sten Gustaf Thulin pada 1950an, plastik praktis mampu merevolusi dunia modern kita dan membuat banyak perubahan penting dari aspek kehidupan manusia. Mulai dari botol kemasan, pembungkus makanan, kerajinan, mainan anak-anak, bahan bangunan, peralatan rumah tangga, elektronik maupun medis, alat olahraga, otomotif, wadah penyimpanan dan lain sebagainya, menjadikan plastik sebagai bagian yang tak terpisahkan dari peradaban manusia.
Secara tidak sadar, kita telah dan sedang menikmati berbagai kemudahan serta kenyamanan ketika kita meggunakan plastik. Saat berbelanja, kemasan dan kantong plastik menjadi alternatif yang paling praktis kita gunakan. Sifat bahan yang relatif murah dan biaya produksi yang rendah serta mudah diperoleh dibandingkan dengan material lainnya membuat para pelaku usaha (industri) cenderung lebih memilih bahan kimia ini sebagai produknya. Namun sangat disayangkan, di balik kenyamanan dan kemudahan yang didapatkan, kebanyakan bahan plastik yang kita gunakan pada ahirnya hanya menjadi sampah, di tempat pembuangan sampah, di selokan, di saluran air, di sungai dan bahkan tercecer di tempat yang tidak jauh dari aktivitas kita. Parahnya lagi, 60% sampai 80% bahan plastik tersebut berakhir di laut (Cleaners The Sea, 2024).
Keberadaaan barang bekas dan atau tidak terpakai yang materialnya terbuat dari bahan kimia yang tak terbarukan bernama plastik ini telah menyebar seperti wabah modern yang mengancam tidak hanya bagi ekosistem daratan (terestial) dan ekosistem perairan, namun juga dapat menimbulkan bahaya bagi keberlangsungan hidup manusia.
Dilansir dari jurnal ilmiah Nature, peniliti dari Universitas Leeds di Inggris dengan menggunakan metode artificial intelligence (AI) untuk melacak sampah di 50.000 kota-kota besar di dunia, sampah plastik ditemukan sekitar 50,2 juta metrik ton dilepaskan ke lingkungan setiap tahunnya. Untuk kantong plastik saja, masyarakat global membuang sekitar 5 triliun kantong plastik setiap tahunnya di alam.
Terdapat lebih dari 171 terliun keping plastik yang mengembang di laut global. Padahal secara rata-rata kita hanya menggunakan kantong plastik selama 12 menit sebelum dibuang (Travis Wagner, 1917). Data Making Oceans Plastic Free, menyebutkan rata-rata 182,7 milyar kantong plastik digunakan di Indonesia. Dari jumlah tersebut, bobot total sampah plastik di Indonesia yang dibuang ke laut menurut data Asosiasi Industri Plastik dan Badan Pusat Statistik mencapai 3,2 juta ton per tahun. Menempatkan posisi Indonesia di urutan teratas kedua setelah China, dengan total sumbangan sampah plastik sebesar 16% di lautan. Sumbangsi terbesar sampah plastik di Indonesia menurut berbagai sumber datang dari; industri, rumah tangga, pedagang, tempat umum, sekolah-sekolah dan pasar-pasar tradisional serta pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).