Plastik dan Bahaya bagi Kesehatan Lingkungan
Masalah sampah plastik disebut sebagai salah satu ancaman yang serius terhadap lingkungan karena selain jumlahnya yang cenderung makin meningkat, sampah plastik adalah jenis sampah yang sulit terurai di alam (non biodegradable) dan merupakan salah satu pencemar yang tidak dikenal dalam sistem biologis di lingkungan (xenobitik) yang mengakibatkan senyawa pencemar terakumulasi di alam.
Proses pengolahan sampah plastik juga menimbulkan toksit (dampak buruk) dan bersifat karsinogenik (zat yang memicu pertumbuhan sel kangker). Pun jika terurai di alam, butuh waktu 100 hingga 500 tahun agar terdegredasi menjadi mikroplastik melalui proses fisik, kimiawi maupun biologis. Karena proses penguraian butuh waktu ratusan tahun, di lautan, sampah plastik telah membunuh berbagai jenis organisme dari berbagi tingkat tropik.
Lebih dari satu juta burung laut, ribuan mamalia laut, kura-kura dan ikan di laut terkapar lalu mati karena plastik (Unitet Nations Oceans Convention, 2017). Beberapa Paus raksasa ditemukan terdampar dan mati karena puluhan bahkan ratusan kilogram sampah plastik berada di dalam perutnya. Contoh kasus di pantai Skotlandia, Italia dan Pilipina, Paus ditemukan mati dengan perut berisi lebih dari 40 kilogram sampai 100 kilogram sampah plastik (CNN Indonesia, 2019).
Setahun sebelumnya, seekor Paus Sperma yang masih berusia remaja juga di temukan mati dan terdampar di pantai Pulau Kapota Wakatobi, Sulawesi Tenggara dengan kondisi perut dipenuhi 5,9 kilogram aneka jenis “makanan” plastik (lebih dari 100 botol/gelas air mineral dan sendal) yang tak dapat terurai di dalam perutnya.
Sampah plastik sebagian besar masih berukuran besar sehingga bencana besar akan terjadi saat plastik ini terpecah. Pemecahan puing-puing plastik tersebut dapat menghasilkan mikroplastik dengan ukuran kurang dari 5 milimeter merupakan sumber utama cemaran mikroplastik di lingkungan perairan (Jiang dkk., 2018). Mikroplastik ditemukan dalam berbagai bentuk; fiber, line, spherule, fragmen, granul, dan film (Wang dkk., 2019).
Bahayanya dapat menyerap senyawa PBP/persistent bioaccumulative and toxis compound dari air laut, yaitu pulutan organik (Rios dkk., 2007). Ukurannya yang sangat kecil bahkan jauh lebih kecil lagi (nanoplastik/(330 mikron/0,33 milimeter) bertingkah seperti plankton (fitoplanton dan zooplankton) melayang-layang di laut. Sebagian turun ke dasar laut lalu dimakan oleh berbagai jenis organisme mikro (ikan-ikan kecil) dan biota dasar perairan (bentik) seperti kerang, amphipoda (udang/crustasea), barnacle dan lain-lain.
Di darat, bahan dan atau partikel mikroplastik ini tidak hanya menginvasi tanah, melainkan sudah terakumulasi dalam berbagai bentuk dan cara; mempengaruhi komunitas tumbuhan dan atau tanaman melalui akar, memindahkan ke bagian batang, mentransitkannya ke bagian daun, biji dan buah tanaman, menghambat proses fotosintesis dan menurunkan kandungan klorofil serta asam lemak esensial pada tumbuhan. Selain itu, keganasan polimer dari mikroplastik ini dapat mengubah pH tanah dan membunuh hewan pengurai seperti cacing yang berakibat pada menurunnya tingkat kesuburan tanah.