Plastik dan Bahaya Bagi Kesehatan Manusia
Hukum makan-memakan belaku. Apa dimakan siapa? Dan manusia memakan apa? adalah peristiwa semesta yang tidak bisa dihindari di alam ini. Ketika terserap/tersaring dan atau tertelan senyawa dari parikel mikroplastik dan nanoplastik oleh organisme di laut dan di darat, polimer tersebut akan menghasilkan senyawa kimia yang sangat berbahaya, terakumulasi di dalam tubuh organisme, lalu ditransfer lagi ke dalam biota konsumen melalui proses makan memakan dan pada akhirnya akan sampai pada puncak rantai makanan.
Seekor kerang menyaring sedikit mikroplastik lalu datang seekor ikan kecil (predator) memakan 10 kerang tersebut, predator kecil ini telah memiliki dosis racun 10 kali lipat. Kemudian datang lagi predator yang lebih besar memakan 10 ekor ikan tersebut, sekarang dosisnya akan bertambah 100 kali lipat dan seterusnya dalam rantai makanan di alam. Meskipun setiap partikel mikroplastik hanya membawa sejumlah kecil racun, namun seiring berjalannya waktu dosis tersebut akan bertambah.
Penumpukan ini disebut bioakumulasi. Mekanisme ekologis tersebut menempatkan predator yang berada di puncak rantai makanan paling atas (karinivora) seperti Ikan Tuna misalnya, akan lebih banyak terkontaminasi racun mikroplastik dibandingkan dengan jenis ikan kecil lainnya.
Manusia, meskipun dalam piramida ekologi dan energi bukan predator puncak dan tidak memiliki musuh alami di dalam ekosistem, namun eksistensi keberlangsungan hidupnya sangat ditentukan oleh dampak ekologis dari perilaku dan interaksinya dengan mahluk hidup atau organisme lain.
Manusia mendapatkan suplai energi dan nutrisi dari hewan dan tumbuhan (produsen), dan manusia akan berakhir dengar cara itu sebagai konsumen terakhir dalam rantai makanan. Jika aliran energi dan nutrisi yang memasuki rantai makanan lewat produsen tersebut terganggu lalu dikonsumsi oleh manusia maka sejak itu bahaya kesehatan mulai terdampak. Ini tidak sekedar mimpi buruk, tetapi kenyataan bahwa saat ini kandungan mikroplastik dan nanoplastik telah ditemukan di banyak bagian tubuh manusia, termasuk otak, jantung, paru-paru, jaringan plasenta ibu dan janin, ASI serta pembuluh darah dan sistem percernaan manusia (Environmental Science and Technogy, 2023).
Fakta di atas dibuktikan dengan beberapa hasil kajian yang diterbitkan Environmental Research yang dilansir oleh CNBC Indonesia 2024, menyebutkan bahwa lebih dari 12 sumber protein yang umum dikonsumsi oleh manusia, 90% telah terpapar mikroplastik. Mulai dari kelompok seafood (ikan, kelompok krustasea udang/udangan, cumi dan kerang), daging ayam, daging babi, daging sapi, sampai pada makanan olahan lainnya dengan komposisi potongan mikroplastik yang berbeda-beda. Bahkan 97% spesies ikan yang diteliti di empat lokasi yang berbeda di laut Pasifik Selatan, 95%-nya telah terkontaminan mikroplasik. Garam Himalayah dan garam laut yang paling baik kandungan mineralnya, pun pulutan mikro ini ditemukan 90% dalam sampel garam laut di seluruh dunia (Science of The Total Environmental, 2024).