Renjana Cafe, Semangat Baru Seorang Konsultan Perencanaan

Bang Ismid, Konsultan Perencanaan sekaligus Owner Renjana

“Ada berapa kata yang saya cari-cari, tapi rasa kurang cocok, pernah mau pakai kata Lembayung, terus ketemu kata Renjana di KBBI yang berarti hasrat, gairah,” tutur Bang Is.

“Paling tidak Renjana ini bisa jadi  passion yang baru dan semangat baru,” jelasnya.

Selain sebagai brand, Renjana juga ia gunakan sebagai nama salah satu menu. Kopi Renjana  menjadi menu signature di kedainya. Racikan kopi dan gula merah yang khas dan tak disangka menjadi menu andalan.

“Kopi renjana itu kopi gula merah sebenarnya, kopi ini yang yang paling laris terjual sampai saat ini dan belum tergeser dari puncak klasemen,” ungkapnya sambil tertawa.

Renjana dan Harapan Bang Is

Setahun lebih sudah usaha Renjana beroperasi. Usaha yang dijalaninya disecara otodidak, tanpa sekolah bisnis atau kebaristaan. Namun dalam perjalanan, ia mengakui mendapat banyak pelajaran penting tentang berbisnis yang baik, khususnya tentang bisnis kafe. Renjana Cafe ia mulai tanpa pengalaman.

“Pas pulang kamari bingung mo bikin apa, maitua (istri) juga so kerja, saya sih mau-mau saja di rumah, cuma kayaknya lebih baik bikin usaha dulu, intinya bikin saja dululah,” ungkap Bang Is.

Bang Is bercerita, selama menjalankan Renjana Cafe, Ia dituntut untuk terus kreatif dan inovatif jika ingin bertahan di tengah maraknya persaingan usaha kedai di Ternate.

Konsep dan strategi branding ia pelajari,  perlahan-lahan ia mulai menentukan pasar. Ia mengaku banyak belajar dari youtube tentang bagaimana membuat racikan kopi yang baik sehingga bisa diterima.

Bisnis menurutnya memiliki variabel-variabel yang sulit untuk diperkirakan, misalnya biaya produksi, belanja bahan, honor karyawan, biaya operasional dan masih banyak lagi.

Karyawan Kafe Renjana

“Pertama tong target 50 cup per hari, tapi tra dapat karena banyak hal, sekarang 20 cup saja, Alhamdulillah,  bisnis ternyata punya banyak variabel yang harus tong perhatikan baik-baik,” jelasnya.

BACA JUGA   Ibu Tanti dan Bengkel Radiator Sederhana Miliknya

Salah satu kendala yang menurut Bang Is menjadi tantangan bagi para pengusaha kedai kopi adalah realitas  masyarakat yang belum terlalu mengenal kopi. Apa manfaat dan pengaruh caffein dalam kopi seperti americano atau arabica. Kafe kini sekadar menjadi tempat nongkrong untuk mengikuti tren dan lifestyle.

“Budaya ngopi orang disini tu minum kopi masih hanya buat nongkrong, bukan untuk minum kopi,” ungkapnya.

Hal yang menurutnya berbeda dengan dengan masyarakat di negara lain, terutama Korea. Menurut riset, sekitar 80% persen orang korea terlihat dijalan pasti sambil ngopi. Bahkan data tahun 2017 menunjukkan rata-rata konsumsi per orang di Korsel 512 cangkir kopi per tahun. Artinya dalam satu tahun Korea Selatan membutuhkan 26,5 milliar cangkir kopi.

Di Korea Selatan, sebagian besar warga adalah penikmat americano yaitu sebanyak 49% dibanding kopi jenis lainnya. Bahkan  menjadi salah satu negara peminum kopi terbanyak. Kenapa americano sangat disukai? Karena tingkat produktivitas yang tinggi seperti kerja dan sekolah yang bisa hingga larut malam. Jadi mereka sangat membutuhkan caffein.