Ternate,- Cabai adalah komoditas pangan pokok yang rutin dikonsumsi oleh masyarakat. Merupakan komoditas non-substitusi yang wajib tersedia sepanjang waktu. Karena itu harga cabai sangat fluktuatif, bergantung pada jumlah produksi dan distribusi hariannya.
Di Maluku Utara, kebutuhan yang tinggi atas cabai segar di pasaran menyebabkan budidayanya kian marak di kalangan petani. Salah satu jenis cabai yang tinggi permintaannya adalah rica karibo (cabai merah keriting).
Budidaya cabai jenis ini tidak mudah. Berbagai faktor seperti cuaca yang tidak menentu dan juga serangan hama seringkali mengancam. Apalagi, harganya yang fluktuatif dan biaya produksi yang tinggi, membuat para petani harus benar-benar berhitung jika ingin membudidayanya.
Adalah kelompok tani Moya Mandiri, salah satu kelompok tani yang membudidaya rica karibo di Kota Ternate. Sebuah kelompok tani asal Kel. Moya, Kec. Ternate Tengah.
Menurut Sofyan Wahid, ketua kelompok tani tersebut, dia sendiri baru bertani rica karibo sekitar 6 atau 7 bulan terakhir. Sebelumnya, ia bertani bawang merah dan bawang putih. Menurutnya, rica karibo kini menjadi harapan baru bagi para petani di Moya. Hal yang sama juga disampaikan oleh Ma’ruf Malan, sekretaris kelompok tani, ia juga mengaku baru beralih menjadi petani rica karibo. Sebelumnya, ia dan kelompoknya bertani bawang merah karena memiliki harga jual yang cukup tinggi.
Kepada reporter Sentranews.id, ia mengungkapkan pernah berhasil memanen rica karibo sebanyak 80 kg di atas lahan seluas 1/2 hektar, dengan pendapatan kurang lebih 5 juta rupiah.
“Terakhir saya panen 80 kg dari luas lahan kurang lebih setengah hektar dengan total pendapatan 5 sampe 7 juta. Sekarang, saya sedang menanam cabai keriting dan harapannya harga jual tidak fluktuatif dan tidak mengalami inflasi,” paparnya (19/6).
Kelompok tani Moya Mandiri didirikan dengan tujuan menjaga ketersediaan rica karibo di pasar, mereka berharap dengan keberadaan sentra produksinya di Moya, harga rica karibo di pasar relatif lebih seimbang, karena ketersediaan stok dari hasil panen mereka.
Sementara itu, Ilman seorang anggota kelompok tani Moya Mandiri, menjelaskan bahwa bibit cabai ia datangkan dari Surabaya. Ia bercerita, pertama kali berhasil memanen 16 kg cabai setiap tiga hari dengan harga jual Rp 30.000/kg hingga Rp 40.000/kg. Kemudian pada masa panen kedua, di atas lahan seluas setengah hektar, ia berhasil memanen 60 kg cabai.
Menurut Ma’ruf, para petani di Moya mengharapkan perhatian dari pemerintah. Ia melanjutkan, petani di Kota Ternate seharusnya lebih maju, masyarakat harus merasakan langsung sentuhan pemerintah melalui program-programnya.
“Program pemerintah harus menyentuh langsung masyarakat disetiap kelurahan, petani, buruh tani dan pedagang. Pokoknya masyarakat kelurahan harus merasakan betul program itu,” jelas Ma’ruf.
Ma’ruf menerangkan, kelompok tani adalah elemen penting dalam masyarakat yang harus mendapat perhatian pemerintah kelurahan. Karena itu, program pemerintah kelurahan juga sebaiknya diarahkan untuk memperkuat sektor pertanian yang ada di kelurahan Moya, misalnya memberikan bantuan mesin pembuat bedeng, bantuan pupuk, bibit dan lainnya.