Ketegangan makin memburuk ketika pihak barat menyuplai senjata kepada kelompok-kelompok milisi neo nazi Ukraina guna menebar ancaman anti Rusia. Danini membuat Putin murka, salah satu alasan paling kuat Putin untuk melakukan invasi ke Ukraina saat ini guna de-nazifikasi Ukraina demi melindungi etnis Rusia yang berada diseluruh wilayah Zelensky.
Hari-hari ini, begitu banyak ungkapan rasisme yang muncul baik oleh media-media barat ketika meliput pengungsi maupun sikap militer diperbatasan Ukraina yang mencegah pengungsi non kulit putih, problem terburuk historis yang tak pernah selesai, seakan memberi pesan kepada dunia bahwa masalah rasisme di Ukraina sudah memasuki stadium akhir, tak mungkin lagi diobati. Bahkan dalam perang yang sedang berkecamuk sekalipun watak rasisme itu tak bisa sedikitpun disembunyikan dalam selimut. Dan itu sedikitnya kebenaran yang mungkin membuat Ser Putin lebih mendapat banyak dukungan dalam invasi ini.
Jika Harari, mengatakan Putin telah kalah dalam perang ini karena keberanian rakyat Ukraina melawan bahkan berani menahan tank baja dan rudal dengan tangan kosong, perlawanan yang mungkin luput dari kalkulasi sang mantan intelejen KGB. Bukan sebaliknya? watak etnonasionalisme (akar rasisme) rakyat, militer jugapejabat-pejabat Ukraina telah mengalahkan mereka sendiri bahkan sebelum Ser Putin tiba di Kiev untuk menaklukannya secara keseluruhan.
Perang ini mungkin akan panjang, jika tarikan ideologis ikut bermain, bahkan mungkin akan berubah dalam wujud ketegangan yang lain. Ketidakmampuan Zelensky membaca realisme politik dan geopolitik membuat kekacauan ini akan semakin memakan korban, terutama korban rakyatnya sendiri. Begitu cepat PBB merespon invasi Rusia, Amerika dan Nato sibuk memberikan sanksi, terbaru negara-negara Asia, Jepang, Singapore dan Malaysia ikut memberikan sanksi. Tapi seberapa berpengaruhi sanksi-sanksi tersebut bagi negara sekelas Rusia? Banyak negara juga bergantung padanya. Ketika Kurs Rubel mulai jeblok 30% akibat sanksi keuangan dan perbankan. Juru bicara Putin menanggapinya dengan santai, bahwa mereka telah mengantisipasi segala kemungkin yang terjadi, bahkan yang terburuk sekalipun skenarionya telah disiapkan. Paling Terkini dunia olahraga ikut terlibat, FIFA mencoret negeri beruang merah dari keikutsertaan pada piala dunia, begitu juga club Sparta Moskow dilarang berkompetisi di Liga Ueropa. Cepat sekali mereka peduli, namun sanksi dan segala kepedulian semacam itu malah membuat masyarakat dunia yang menjadi korban keganasan AS dan sekutunya kian murka, mereka sedang mempertonton sebuah sikap tak adil, sikap yang membuat negeri beruang merah semakin kuat dan akan terus mengempur Ukraina sampai Zelensky mengibarkan bendera putih dan mundur dari tampuk kepemimpinan negaranya.
Berkali-kali Zelensky curhat ke media, setelah sebelumnya tampak berani menantang Putin. Kini dia merasa ditinggalkan sendiri, panggung utama yang biasanya ramai oleh tepuk tangan AS dan NATO mulai sepi, ia kena ghosting. Lawakannya kian ambyar, tanpa ada plot yang menyenangkan untuk ditonton, tanpa callback, kehilangan punchline disetiap materinya, sehingga endingnya hanya menyisahkan tangis mendalam. Sebuah pertunjukan komedi yang benar benar gagal Mr. Zelensky.