Tidore – Dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir, tren “ngopi” mulai mewabah dan menjadi rutinitas wajib bagi masyarakat di seputaran kota Tidore. Hal yang kini lazim dan seolah menjadi bagian dari budaya masyarakat urban perkotaan yang sulit untuk dihindari.
Muncul kedai kopi di mana-mana, merupakan indikasi bahwasanya budaya ngopi secara langsung terbentuk dan menjadi gaya hidup, tidak lagi sekedar “asal-asalan ngopi”. Di kedai kopi, orang-orang melepas penat, berdiskusi, berbicara bisnis, bahkan menjadi tempat perjumpaan dua sejoli.
Malam itu, pada Selasa (21/1), genangan air nampak di berapa titik jalanan di Kota Tidore yang usai diguyur hujan. Di teras sisi kanan gedung Sentra Insdustri Kecil Menengah (IKM), beberapa anak muda terlihat nongkrong, asik berbincang di ‘Titik Temu’, sebuah kedai ngopi yang terbilang baru.
Kehadiran ‘Titik Temu’ menambah nuansa perkotaan. Dengan meminjam sepertiga ruangan Gedung Sentra IKM yang berlokasi di bilangan Tugulufa, yang adalah titik sentral masyakarat Tidore melakukan aktivitas jogging atau gowes, bahkan sekedar menikmati semilir angin dengan pemandangan pulau Halmahera.
Di dalam ruangan berkonsep minimalis tersebut, tak banyak yang dirubah, kesan sederhana dan nyaman begitu terasa. Setiap sisi dindingnya dipasangi lukisan abstrak, menambah daya seni di dalam ruangan. Para pengunjung seperti menikmati pameran mini bertema abstrak, cahaya lampu gantung yang temaram, memberi sentuhan elegan, jarang ditemui di kedai kopi pada umumnya di Pulau Tidore.
Titik Temu seperti membaca arus selera anak muda yang akrab dengan budaya ngopi. Farli Ramli, owner merangkap barista Titik Temu, mengakui jika budaya ngopi kini menjadi gaya hidup masyakarat modern.
“Kehadiran Titik Temu memang didesain untuk anak muda, lifestyle masyarakat kekinian secara langsung membuka peluang usaha kedai kopi,” katanya.
Farli yang masih berstatus mahasiswa Unkhair, bercerita tentang bakat usaha didapatnya dari waktu masih menjadi penjaga warung milik orang tuanya sewaktu masih kecil. Kecintaannya terhadap dunia kopi bahkan hanya sekedar sebagai penikmat kopi, mirip anak muda pada umumnya.
“Ide binis kedai kopi dimulai pada tahun 2022, ketika beberapa teman yang intens mengajak ngopi, dari disitu tekad untuk memulai makin kuat,” tuturnya.
“Beberapa kerabat dekat kebetulan status mereka Barista, jadi belajar meracik kopi dari mereka secara perlahan,” sambungnya.
Di sisi lain, penamaan kedai “Titik Temu” memudahkan para konsumen mudah diingat. sang owner bercerita ihwal makna dari penamaan seperti sentral tongkrongan.
“Titik Temu berkaitan lokasi pertemuan atau sentral nongkrong, yang bisa dikaitkan tempat perjumpaan,” jelasnya.