Oleh:

Muhajir (Pemuda Desa Lolobata, Wasile Tengah)

Terdapat salah satu lagu qasidah yang diciptakan oleh Sudarmin dan dinyanyikan oleh Nurwahida M Djae yang berjudul “Tokyo Kao, Kao Cabang Lolobata”. Qasidah ini bercerita tentang eksistensi Jepang di Kao dan Lolobata, kala perang Pasifik antara Amerika Serikat (AS) dan Jepang 1942-1945.

Lolobata dan Kao pada tahun 1942-1945 seolah adalah Tokyo kedua bagi Jepang. Jejak keberadaan Jepang di Lolobata ternyata banyak. Itu bisa dilihat dari situs sejarah perang Dunia II yang ada. Di kecamatan Wasile Tengah tercatat ada lima benteng peninggalan Jepang, dua benteng yang terletak di bibir pantai di desa Hatetabako, kemudian tiga benteng yang terletak di lereng desa Foli.

Terdapat juga meriam anti kapal dan pesawat. Meriam ini terletak di desa Hatetabako. Serta masih banyak bunker dan ruangan bawah tanah, di desa Lolobata, Hatetabako dan Foli.

Dari banyaknya situs sejarah di kecamatan wasile tengah, sejauh ini belum ada perhatian khusus dari Pemerintah Kabupaten Halmahera Timur, khususnya Dinas Pariwisata. Oleh sebab itu, melalui narasi singkat ini, penulis mengusulkan untuk;

Pertama, perlu adanya museum di Wasile Tengah, yang kedua situs sejarah seperti benteng, meriam, terowongan dan ruang bawah tanah, goa dan lainnya, perlu di dorong statusnya ke Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) wilayah XXI – wilayah kerja Provinsi Maluku Utara untuk dialih status sebagai Cagar Budaya.

Dan yang ketiga, kolaborasi antar Pemerintah Kabupaten Halmahera Timur, melalui Dinas Pariwisata dan kampus-kampus di Ternate, seperti Institut Agama Islam Negeri (IAIN), Universitas Khairun, Maupun UMMU Ternate, untuk mendatangkan peneliti (Sejarahwan, Arkeolog dan Filolog) untuk melakukan riset peninggalan Perang Dunia II tersebut.

BACA JUGA   Pegawai Kominfo Halsel Diduga Lakukan Penganiayaan Kepada Seorang Mahasiswi

Diketahui, sejarah awal masuknya Jepang ke Indonesia dimulai ketika pasukan Negeri Sakura berhasil menyerang Pearl Harbour, pangkalan terbesar angkatan laut Amerika Serikat di Samudra Pasifik pada 8 Desember 1941.

Melalui serangan itu, Jepang berhasil menghancurkan basis militer AS di kawasan tersebut, termasuk di Filipina. Setelah itu, Jepang memperluas basis militernya ke arah selatan, yaitu Indonesia.

Jepang masuk ke Indonesia pada tanggal 11 Januari 1942 dengan mendarat di Tarakan, Kalimantan Timur. Ketika datang, Jepang langsung menduduki kota tersebut. Kemudian dengan cepat, Jepang memperluas kekuasaannya ke kota-kota sekitar, seperti Balikpapan pada 24 Januari 1942, Pontianak pada 29 Januari 1942, Samarinda pada 3 Februari 1942, dan Banjarmasin pada 10 Februari 1942.

Sembari menguasai Kalimantan, pasukan Jepang juga berekspansi ke wilayah lain, seperti Maluku yang berhasil diduduki pada 4 Februari 1942 dan Palembang pada 16 Februari 1942.

Tujuannya Jepang ke Indonesia adalah untuk mendapatkan cadangan logistik dan bahan industri perang seperti minyak bumi, timah, dan aluminium.